📍Bandung, 20:34 -
"Eh! Anak kesayangan Mae sudah pulang!"
Chitta tersenyum senang saat melihat anak bungsunya datang sambil membawa koper. Bukan main dia merindu.
Haechan membalas pelukan sang Mae, lalu tak lupa dia menyalimi punggung tangan sang Mae.
"Papa dimana, Mae?" tanya Haechan mencari sang kepala keluarga.
"Itu, Sayang ... Papa lagi di dalem. Dia lagi bikin nasi goreng kambing. Kamu suka masakan Papa, kan," jawab Chitta.
Haechan semakin melebarkan senyumnya.
"Ayo masuk, Mae! Echan gak sabar cobain masakan punya Papa! Udah lama gak makan masakan di rumah!" ajak Haechan senang.
Chitta tersenyum kecil.
"Sini biar Mae yang bawa kopernya. Kamu capek, kan," tawar Chitta.
Haechan menggeleng cepat.
"Nggak. Echan gak capek kok, Mae! Echan aja yang bawa kopernya. Mae masuk aja sama Papa. Echan mau ke kamar ganti baju sama beres-beres pakaian dulu," tolak Haechan lembut.
Chitta tersenyum kecil.
"Ya sudah. Mae tunggu di ruang makan ya, Sayang," jawab Chitta.
Haechan kembali menganggukkan kepalanya, sedangkan Chitta langsung masuk ke ruang makan untuk bertemu dengan suaminya.
"Haechan udah datang, Sayang?" tanya Johnny sambil mencuci tangannya di westafel.
Chitta terdiam. Dia menatap suaminya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kamu kenapa?" heran Johnny.
Chitta menarik napas dalam-dalam. Ditatapnya sang suami dengan tatapan yang cukup serius.
"Ini kali pertama anak kita kembali ke Bandung setelah sekolah di Jakarta. Aku harap agar kamu jangan ngasih anak kita kenangan buruk sebelum dia kembali lagi ke Jakarta."
Johnny mengangkat alis kanannya dengan tinggi. Ucapan istrinya kali ini sedikit sensitif menurutnya.
"Kesalahan apa yang dibuat Haechan?" tanya Johnny pelan.
Chitta terdiam.
"Chitta?" panggil Johnny.
Chitta memilih bungkam. Dia duduk di salah satu kursi yang ada di samping meja makan. Dia mempersiapkan beberapa piring dan sendok. Johnny masih bingung, tetapi dia memilih untuk diam. Nanti juga akan dia tahu saat bertemu dengan anaknya.
Tak lama, Haechan turun sambil tersenyum senang. Dihampirinya sang ayah dengan bahagia, lalu dipeluknya dengan penuh kerinduan.
"Papaaaaa! Echan kangen bangeeeett!" teriak Haechan senang.
Johnny tersenyum senang dan membalas pelukan si bungsu.
"Nanti lepas rindunya selesai makan aja ya. Kamu kelaparan. Jakarta ke Bandung bukan jarak yang dekat. Kamu harus makan dulu," jelas Johnny lembut.
Haechan mengangguk cepat, lalu dengan senang dia duduk di samping Chitta.
"Mana Abang Dery?" tanya Haechan karena tak melihat kakaknya.
"Abangmu masih kerja," jawab Johnny.
"Masih kerja di supermarket, Pa?" tanya Haechan.
Johnny mengangguk.
Haechan menghela napas panjang, lalu setelah itu dia menikmati nasi goreng buatan papanya.
Suasana makan malam berjalan dengan begitu tenang, tetapi saat Haechan hendak menyendokkan nasi terakhir ke mulutnya. Johnny tiba-tiba buka suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo | Markhyuck
Fanfiction"Kami benci takdir. Karena takdir kami bertemu. Dan karena takdir juga kami berpisah. Sialan kau takdir." - Indigo. ------------------------------------------ Lee Haechan, si pemuda Indigo kelahiran Bandung yang meninggalkan kampung halamannya dan m...