19

657 90 11
                                    

Satu minggu berlalu. Bagi Haechan ini terlalu cepat, tetapi juga terlalu lama. Terasa cepat karena olimpiade di kota orang sangat menyenangkan, tetapi terlalu lama juga karena dia merindukan kekasihnya, Mark.

Haechan tak berhenti untuk tersenyum, walau di dalam hati dia mengomeli Mark karena selama masa olimpiade, Mark sama sekali tak menunjukkan batang hidungnya sedikitpun. Haechan bangga pada dirinya sendiri sebab dia berhasil menepati janjinya pada Mark. Membawa piala utama itu pulang.

Sebenarnya, piala itu seharusnya dibawa langsung ke sekolah, lebih tepatnya di kantor sekolah. Tapi, Haechan memohon-mohon pada pihak sekolah agar dia membawa piala itu ke kamar sewanya selama dua hari. Setidaknya dia bisa memperlihatkan pialanya pada Mark.

Dengan senang Haechan membuka kunci pintu kamarnya. Dia akan berteriak senang pada Mark agar Mark kaget akan kedatangannya.

"Mark! Aku dat- Eh ... Mark dimana?" heran Haechan.

Haechan meletakkan pialanya di atas meja sambil mencari keberadaan Mark.

"Huh! Bukannya menungguku, dia malah kelayapan!" keluh Haechan.

Tak ingin membuang-buang waktu hanya sekedar menunggu Mark, Haechan memilih untuk merapikan pakaiannya yang dia bawa sewaktu olimpiade di Makassar.

Hampir sepuluh menit lebih pemuda berkulit karamel itu merapikan seluruh pakaiannya, tetapi kekasihnya tak kunjung datang.

Haechan mendengkus kesal karena Mark tak kunjung datang, bahkan sampai seluruh isi kamarnya sudah rapi.

"Dasar hantu menyebalkan! Dia kelayapan ke mana, sih?! Harusnya dia menyambutku sambil tersenyum dan berkata 'Selamat datang Cintaku!' tetapi kenapa dia malah hilang, sih?!" kesal Haechan.

"Hai."

Haechan tersentak kaget saat suara yang cukup menyeramkan tiba-tiba muncul dari belakangnya.

Haechan mendelikkan matanya dengan begitu lebar saat seorang hantu perempuan berdiri tepat di belakangnya. Haechan kenal sekali dengan hantu yang memiliki punggung bolong yang penuh belatung itu. Siapa lagi kalau bukan Mbak Kuntilanak yang Haechan tidak ketahui siapa namanya.

"Aku tidak bisa membantumu. Lebih baik kau pergi saja sebelum kekasihku datang dan menghajarmu!" kesal Haechan.

"Lagi pula aku sangat lelah setelah olimpiade. Tolong jangan ganggu aku dulu. Bisa?" malas Haechan lalu merebahkan dirinya di atas kasur.

Hantu perempuan itu menatap kesal ke arah Haechan, lalu setelah itu dia berkata.

"Kamu sedang mencari hantu Kanada itu, kan?" tanya si Kuntilanak.

Haechan yang tadinya berbaring di atas kasur, langsung dengan cepat bangun dari posisinya dan menatap si Kuntilanak dengan serius.

"Kau merindukannya?" tanya si Kuntilanak.

"Ck! Jangan mempertanyakan hal yang bodoh padaku. Kekasih mana yang tak rindu dengan pasangannya setelah tak saling menatap mata beberapa minggu?" malas Haechan.

Si Kuntilanak tersenyum.

"Di mana hantu menyebalkan itu berada? Sudah hampir setengah jam aku menunggunya dan dia tak kunjung datang!" keluh Haechan.

"Aku akan memamerkan padanya kalau aku bisa membawa piala utamanya pulang. Aku akan menunjukkan kalau kekasihnya itu hebat!" seru Haechan senang.

"Asal kau tahu, Mbak Kunti. Lawanku tak berhenti terus memujiku saking pintarnya aku dalam berdebat. Aku benar-benar bangga pada diriku sendiri! Dan yang paling utama adalah alasanku ingin menang, Mark. Jujur saja, aku memenangkan piala utama ini hanya untuk dia! Sialnya, aku tidak tahu dia pergi ke mana sekarang! Sangat menyebalkan sekali, kan?!" keluh Haechan panjang lebar.

Indigo | MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang