📍Kamar asrama 27, 20:45 -
"Selamat datang, Haechan!"
"Halo, Mark."
Mark tersenyum lebar ke arah Haechan. Dia sedari tadi menunggu pemuda berkulit Tan itu pulang, tetapi entah mengapa hari ini Haechan terlambat pulang.
"Kenapa kamu terlambat pulang? Bukannya jam lima sudah pulang ya?" tanya Mark lembut.
"Hah! Aku sangaaattt lelah, Mark. Asal kau tahu, aku terlambat pulang karena aku harus mencari kerja paruh waktu. Biaya kehidupan di Jakarta menguras banyak uang. Uang kiriman Ayah dan Mae tidak cukup untukku Mark," jelas Haechan sambil menghela napas panjang.
Mark mengangguk singkat. Dia paham dengan ucapan Haechan.
"Sekarang kamu sudah dapat kerja?" tanya Mark.
Haechan mengangguk senang. Tak ada lagi wajah lesu dan lelah yang dia tampilkan.
"Aku bekerja sebagai pelayan kafe. Bila hari sekolah, aku bekerja mulai jam lima sore hingga jam setengah sembilan malam. Kalau sedang libur, aku akan bekerja mulai jam delapan pagi hingga jam tiga sore," jelas Haechan.
Mark tersenyum kecil. Raut wajah Haechan menunjukkan kesungguhan dan tak ada candaan di sana. Begitu inginnya Haechan meringankan beban kedua orang tuanya.
"Oh iya, Mark. Nilai bahasa Inggris ku meningkat karena sudah ditutor olehmu. Terima kasih ya!" seru Haechan senang.
Mark tertawa kecil sambil menganggukkan kepalanya.
"Sekarang, Haechan mandi. Ini sudah jam sembilan malam. Tidak baik mandi terlalu larut," perintah Mark.
Haechan mengerucutkan bibirnya. Jujur, itu sangat menggemaskan pada mata hantu pucat itu.
"Aku malas," jawab Haechan sambil menjatuhkan tubuhnya di atas kasur.
Mark tersenyum kecil.
"Kalau begitu, Haechan istirahat saja," ucap Mark menyarankan.
Haechan menggeleng.
"Ayo kita pillow talk!" seru Haechan senang.
Mark menatap Haechan heran.
"Semacam saling bercerita sebelum tidur begitu. Aku ingin tahu tentang kamu dan aku akan memberitahu tentang aku ke kamu!" jelas Haechan saat melihat wajah bingung Mark.
"Kau lupa, aku mana tidur," ucap Mark sambil tersenyum kecil.
Haechan tertawa geli.
"Aku lupa, Mark," jawab Haechan.
"Tunggu, aku ingin ganti baju dulu, ya. Kamu tunggu di sini. Hanya sebentar," perintah Haechan.
Mark tersenyum kecil sambil menganggukkan kepalanya, sedangkan Haechan langsung masuk ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.
Mark hanya duduk di tepi kasur Haechan sambil menatap seisi kamar Haechan.
Mark berdecak kagum. Dulu sebelum Haechan datang, kamar nomor 27 ini tak terawat dan dipenuhi banyak debu atau bahkan serangga-serangga lainnya. Tapi, semenjak kedatangan Haechan, kamar ini terlihat begitu rapih.
Alasan banyak orang yang tak suka berada di kamar ini, itu karena mereka takut dan merinding dengan hawa di kamar 27 ini. Salahkan saja Mark yang selalu menakut-nakuti murid yang ingin tinggal di kamar itu.
"Kupikir kamu pergi, Mark," ucap Haechan yang baru keluar dari kamar mandi. Dia sudah memakai piyama satin nya.
Mark tersenyum kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo | Markhyuck
Fanfiction"Kami benci takdir. Karena takdir kami bertemu. Dan karena takdir juga kami berpisah. Sialan kau takdir." - Indigo. ------------------------------------------ Lee Haechan, si pemuda Indigo kelahiran Bandung yang meninggalkan kampung halamannya dan m...