"Sayangnya aku sedang apa?"
Haechan refleks mengangkat pandangannya saat Mark tiba-tiba berdiri di sampingnya. Hantu Kanada itu tampak fokus pada buku latihan yang dikerjakan oleh kekasihnya itu.
"Huh! Menyebalkan! Memangnya kau tak lihat kalau aku sedang mengerjakan tugas sekolah?! Ini membuatku pusing, Mark..." sedih Haechan sambil mengerucutkan bibirnya dengan manja pada sang kekasih.
Mark tersenyum kecil untuk merespon jawaban kekasih gembulnya.
"Sudah jam sepuluh malam. Waktunya istirahat, Cantikku."
Wajah Haechan merona saat mendengar ucapan Mark. Memang Mark sering memanggilnya dengan sebutan cantikku atau Pudu-ku. Tapi, kenapa jantung Haechan masih tidak bisa dikontrol, sih?! Ini perut Haechan rasanya ada ribuan kupu-kupu yang beterbangan di sana.
"Lusa tugasnya akan diperiksa, Mark. Dan juga aku akan ikut ulangan harian," manja Haechan.
Andai Mark bisa menyentuh Haechan, Mark yakin kalau dia tak akan pernah absen untuk menciumi setiap inci pipi gembul kekasihnya itu. Mark tak akan berhenti untuk memeluk tubuh berisi kekasihnya itu. Andai saja.
"Jangan manja seperti itu padaku. Rasa-rasanya aku tersiksa kalau kau manja seperti itu."
"Huh?! Memangnya kenapa kalau aku manja? Bukannya bagus kalau aku manja denganmu? Itu artinya aku sangaaattt menyayangimu. Lagipula, aku bermanja hanya denganmu saja."
Haechan menjawab dengan suara manjanya, membuat Mark gemas akan tingkah kekasihnya yang semakin menggemaskan itu.
"Aku sulit untuk menahan diri, Matahari ku. Aku ingin memelukmu. Aku ingin menciummu. Aku ingin mengelus rambut berbau vanilla mu. Aku ingin mencubit pipimu. Semuanya membuatku sulit menahan diri."
Haechan terkekeh saat mendengar jawaban Mark.
"Ouh ... Jadi, itu poinnya?" ledek Haechan.
Mark tersenyum kecil.
"Padahal kudengar-dengar, kata temanku seks itu menyenangkan," ucap Haechan santai.
Mark terkejut dengan ucapan Haechan.
"Hei! Kenapa malah membahas hal seperti itu?!" tanya Mark kaget.
Haechan menundukkan kepalanya. Dia merona.
"Sekarang sedang trennya pacaran sambil seks," cicit Haechan.
Mark menggelengkan kepalanya dengan pelan.
"Hai, Cantiknya Mark."
Kalimat itu mampu membuat Haechan langsung menatap tepat pada kedua bola mata makhluk tak bernyawa itu.
"Jangan merusak diri sendiri, Sayangku. Mau itu tren atau bukan, selama itu hal yang buruk, tolong dijauhi. Untuk apa ikut tren hanya sekedar punya popularitas belaka kalau ujung-ujungnya kehancuran? Hanya merusak diri. Jaga diri sendiri lebih baik, Cantiknya Mark."
Mark berbicara dengan sangat lembut. Begitu ringan hingga Haechan merasa bodoh karena mengucapkan kalimat kotor itu pada Mark.
"Maaf..." lirih Haechan.
Mark tersenyum kecil.
"Jangan diulangi, Sayangku," bisik Mark lembut.
Haechan tersenyum lebar sambil menganggukkan kepalanya.
"Dan satu lagi, saat aku sudah pergi nanti. Jaga diri kamu baik-baik dan jangan merusak diri, Cintaku. Aku tahu kalau aku tak bisa menolongmu dan membantumu lebih jauh. Tapi, tolong ingat satu hal, Cintaku. Aku menjagamu dan kuharap kamu menghargainya dengan cara berhasil menjaga dirimu sendiri walau tanpa aku. Ingat aku dan ingat kalimatku. Boleh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo | Markhyuck
Fanfiction"Kami benci takdir. Karena takdir kami bertemu. Dan karena takdir juga kami berpisah. Sialan kau takdir." - Indigo. ------------------------------------------ Lee Haechan, si pemuda Indigo kelahiran Bandung yang meninggalkan kampung halamannya dan m...