📍Asrama 27, 20:34 -
"Selamat datang, Pudu!"
"Hai, Mark. Selamat malam."
Haechan merebahkan tubuhnya di atas ranjang sambil menghembuskan napas dengan berat.
"Haechan sepertinya sedang lelah. Apa sekolah hari ini buruk?" tanya si hantu pucat, Mark.
Haechan menggeleng, lalu tiarap dengan kepala terangkat untuk menatap Mark yang duduk di tepi kasur.
"Sangat menyenangkan, Mark! Aku punya banyak teman," jawab Haechan.
Mark tersenyum kecil.
"Haechan istirahat dulu. Kasihan tubuhmu yang seharian selalu beraktifitas," tawar Mark.
"Tidak bisa. Aku harus mengerjakan tugasku. Aku punya beberapa tugas yang harus aku urus," tolak Haechan.
Mark sedikit bergeser mendekati Haechan.
"Mengistirahatkan tubuh adalah hal yang wajib, Haechan. Jangan sampai tubuhmu lemah dan kamu sakit. Aku tidak ingin itu terjadi," ucap Mark lembut.
Haechan terdiam. Rasa panas menjalar hingga ke pipinya.
"A ... Apaan sih kamu! Ngapain ngomong gitu coba!" tampik Haechan.
Haechan mengubah posisinya jadi duduk, lalu mengibas-ibaskan kedua tangannya di depan wajah.
"Sudah malam. Tapi, kenapa panas ya," gumam Haechan.
Mark terkekeh.
"Itu karena kamu merona, Haechan," ucap Mark.
Haechan menatap Mark dengan tajam, tetapi menurut Mark itu malah menggemaskan.
"Sana pergi kamu!" kesal Haechan.
"You're adorable when you're shy, Haechanie," puji Mark.
Kepala Haechan rasanya pening saat mendengar ucapan Mark. Dia dengan buru-buru berlari masuk kamar mandi usai menarik handuknya.
"Huh! Hantu sialan! Jantungku berdetak cepat!" keluh Haechan sambil memegang dadanya.
Mark tertawa pelan. Dia hantu dan dia bisa melihat apa yang Haechan lakukan di kamar mandi.
Mark bisa melihat Haechan yang tengah bersandar di kamar mandi sambil mengelus dadanya.
Tak lama, mata hantu berkulit pucat itu membulat lebar. Wajahnya tiba-tiba bersemu.
"O ... Oww!"
Mark membalikkan badannya dengan cepat untuk memunggungi kamar mandi saat dia melihat Haechan siap-siap melepaskan pakaiannya.
Tak ingin berpikiran mesum, Mark memilih untuk menunggu Haechan di tepi ranjang.
"Hahaha! Dasar hantu Kanada mesum!" seru Kuntilanak di samping jendela.
"Hahaha! Kenapa tidak dilihat sekalian, sih? Lumayan. Bonus," sahut si Pocong dari atas pohon disamping Kuntilanak.
"Berisik!" sinis Mark.
"Pergi sebelum kulempar kalian!" ancam Mark.
"Ck! Menyebalkan!" keluh si Pocong.
"Padahal aku ingin mengerjai si gendut itu!" kesal si Kuntilanak.
Mark menatap hantu dengan punggung berlubang itu dengan tajam.
"Jangan pernah mengganggunya! Jika aku melihatmu mengganggunya, nanti kubuka semua kelabang di punggung jelekmu itu!" tegas Mark.
Si Kuntilanak mendengkus.
"Dasar hantu posesif!" ledeknya lalu pergi begitu saja.
Mark melipat kedua tangannya di depan dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo | Markhyuck
Fiksi Penggemar"Kami benci takdir. Karena takdir kami bertemu. Dan karena takdir juga kami berpisah. Sialan kau takdir." - Indigo. ------------------------------------------ Lee Haechan, si pemuda Indigo kelahiran Bandung yang meninggalkan kampung halamannya dan m...