BXB
Jaeyong fanfiction.
Taeyong Trinity hanyalah seorang pria yang dikaruniai wajah yang cantik. Dirinya sedari kecil sudah menetap di sebuah panti asuhan yang terletak di Marigold Valley, sebuah desa terpencil.
Pertemuannya dengan Jaehyun Jesemiel...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Semuanya berawal dari sini. Di sebuah desa yang dinamakan Marigold Valley. Ketika ini, Taeyong Trinity adalah sosok polos yang menjadi kesayangan semua orang di desa ini. Desa ini tidak besar, mungkin hanya ada sekitar 150 orang penduduknya maka tidak mustahil untuk Taeyong tidak mengenal mereka.
Seorang anak yatim piatu yang kehilangan orang tuanya di dalam kejadian tragis dipaksa menjadi hamba keluarga kaya dan berakhir meninggal karena disiksa. Taeyong Trinity dibesarkan dengan penuh kasih sayang di Marigold Orphanage.
Rambutnya sengaja dipanjangkan karena pengasuh panti asuhan tidak ingin Taeyong Trinity dikenali dan diambil oleh keluarga kaya itu lagi karena hanya dia satu-satunya keturunan yang masih tersisa.
Taeyong Trinity, yang usianya baru menjejaki ke-14 tahun terlihat berjalan menyelusuri pasar pagi. Pagi ini, dia ditugaskan untuk membeli bahan dapur karena kata pengasuh panti asuhan— Nona Alice, ada seorang Grand Duke yang akan melawat panti asuhan mereka; mungkin untuk melihat-lihat kondisi panti asuhan itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Keranjang bambu kesayangannya yang masih utuh disampirkan santai pada lengannya. Taeyong tersenyum manis pada penjual-penjual yang melihat dirinya — menyapa setiap penjual yang dia lewati. Nona Alice sudah memberikan tanggungjawab kepadanya untuk memilih menu terbaik yang akan disajikan pada Grand Duke itu, maka Taeyong tentu akan memberikan yang terbaik.
"Trinity! Sayur-sayur segar baru dipetik tadi pagi!"Pekikan dari penjual membuat sosok mungil itu tersenyum lebar— menarik perhatiannya. Dia berjalan mendekati penjual itu— Topi musim panas yang menghiasi kepalanya diselip di balik keranjangnya. Taeyong menyibak lembut rambutnya lalu berjongkok di hadapan penjual.
"Selamat pagi, Grandpa."Taeyong dengan ceria menyapa penjual tua itu— seorang kakek yang bajunya terlihat lusuh.
"Pagi juga, anak manis. Kau ingin melihat-lihat tidak sayur yang baru saja Grandpa petik tadi pagi?"Kakek itu tersenyum lebar. Anak manis yang bernama Taeyong ini tidak pernah mengatakan tidak padanya— seperti yang dikatakannya, Taeyong mengangguk antusias.
