"Harapan adalah tiang yang menyangga dunia."ᜊᜊᜊ
Keesokan harinya. Seperti hari-hari sebelumnya. Dara akan bersiap untuk pergi ke sekolah menggunakan sepedanya. Sebelum itu, seperti biasa pula.. Dara akan menyiapkan bekal untuk dirinya sendiri.
"Ibu.. Dara berangkat dulu ya"
Tidak ada balasan dari sang ibu, hal itu sudah biasa Dara dapat semenjak ayahnya meninggal dunia. Mungkin ibu Dara mengalami depresi setelah itu. Mereka bisa menjalani kehidupan sehari-hari berkat saudara dari ayah yang dengan senang hati membiayai mereka walau tidak seberapa.
Tapi, dengan itu saja Dara sudah senang. Ibu Dara tidak bekerja, bahkan mengurusi pekerjaan rumah saja tidak. Sifat sang ibu sangat berubah, tidak seperti ibu yang Dara kenal. Mungkin, hati ibu masih berat untuk mengakui bahwa suaminya telah tiada. Walaupun begitu, Dara mencoba mengerti kondisi beliau.
Kemudian, ia pun mulai mengayuh sepeda pemberian ayahnya saat ia masih kecil. Itu adalah salah satu hadiah yang sangat Dara sukai. Meski sepeda itu sudah tua, Dara tetap merawatnya agar sepeda itu masih bisa berfungsi.
Di pertigaan jalan, ia bertemu dengan Chandra yang ternyata sedari tadi menunggunya untuk berangkat sekolah bersama.
"Loh, kamu kenapa diem disini?" Tanya Dara keheranan melihat sahabatnya berdiam diri seperti sedang menunggu seseorang.
"Aku nungguin kamu, Dara" Jawabnya
"Tapi ini kan udah telat, kenapa engga duluan aja?"
"Biar dihukum barengan" Balasnya seraya tertawa kecil kearah Dara.
Setelah perbincangan yang singkat itu, mereka kembali melanjutkan perjalanan hingga menuju ke sekolah.
Sesampainya disekolah, ternyata gerbang sekolah sudah tertutup. Mereka terlambat. Satpam yang menjaga pun juga sedang tidak berada di posnya. Lalu, bagaimana ini? Apakah harus memanjat pagar sekolah?
"Yahh udah ditutup gerbangnya" Kata Chandra panik setelah mengetahui bahwa apel pagi itu juga telah berlangsung.
"Hmm.. " Ujar Dara berpikir sejenak.
"Gimana kalo kita manjat aja? Kebetulan tembok sebelah sekolah kan engga terlalu tinggi" Sambungnya.Chandra pun menyetujui ide Dara. Akhirnya, mereka memutuskan untuk pergi ke sebelah sekolah yang memang memiliki tembok tidak terlalu tinggi. Namun, terdapat kawat-kawat yang akan sedikit menghambat mereka.
"Hati-hati Chan. Jangan sampai kena kawatnya, nanti bisa luka" Sarannya agar Chandra lebih berhati-hati. Dara, sudah berada di dalam sekolah. Tadi saat melewati tembok itu, ia berhasil karena menaiki punggung Chandra atas keinginan Chandra sendiri.
Hingga pada akhirnya, ia pun berhasil melewati tembok tersebut. Apel pagi itu masih dilaksanakan. Mereka bergegas pergi menuju lapangan lewat bagian belakang saja agar tidak ketahuan oleh guru.
Sayangnya, waktu mereka ingin pergi menuju ke lapangan, terdapat guru yang sedang mengawasi murid yang terlambat. Guru itu bernama pak Hendry. Ia terkenal oleh siswa-siswi atau bahkan para guru karena sifatnya yang keras dan tegas.
Dengan hati-hati, mereka berdua mengendap-endap hingga sampailah mereka pada barisan kelas mereka.
Hari ini ada yang aneh pada teman sekelasnya Dara, yaitu anggota geng yang mem-bully nya dan Chandra kemarin. Mereka biasanya akan menyuruh Dara untuk pindah barisan didepan, namun kali ini tidak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Stalker -On Going
Mystery / Thriller[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "S-siapa kamu?!" "Aku? Aku adalah kekasihmu, apa kamu lupa?" Jawab pria itu, terdengar seperti omong kosong. Lagi-lagi dirinya dibuat bingung dengan apa yang sebenarnya pria ini katakan? Entah kenapa, Dara tidak bisa mengin...