"Jangan menjadi bodoh, hanya karena percaya pada perlakuan baik darinya terhadapmu."
---
Setelah hari yang sangat buruk kemarin, Dara berusaha untuk melupakannya. Walaupun itu akan menjadi trauma terberatnya yang akan ia ingat sampai mati.
Dara kehilangan jari manisnya, rambut panjang yang sering ia kepang, sekarang sudah tidak bisa lagi, wajahnya yang sekarang memiliki banyak sayatan luka cakar, membuatnya tidak pede saat keluar.
Dititik rendah inilah, Dara hanya bisa bersandar di bahu Chandra dan menceritakan semua kejadian pahit nan sadis itu. Mereka bertemu malam hari itu juga, setelah Dara kehilangan jari manisnya.
"Ya Tuhan!.. Dara, kamu kelihatan engga baik. Sudah diobatin lukanya? Siapa yang buat Dara kayak gini? Dara mau kerumah sakit aja? Chandra antar sama ayah ke rumah sakit"
Begitu Chandra sampai di taman, ia langsung melontarkan pertanyaan-pertanyaan itu ke Dara. Bukannya menjawab, Dara malah menangis seraya memeluk Chandra.
"C-chandra.. Memangnya Dara salah apa? Sampai mereka se-benci itu sama Dara? Apa mereka ga suka Dara?" Ujarnya masih dengan memeluk sahabatnya.
"Shh.. Dara engga salah. Dara juga engga pernah gangguin mereka, karena Dara masih punya hati.. Bertahan yaa? Chandra akan selalu nemenin Dara kok, jadii jangan merasa sendiri, cerita ke Chandra, kita selesaikan sama-sama"
Chandra pun membalas pelukannya seraya mengelus rambut Dara yang sudah berantakan dengan lembut dan penuh perasaan empati di hatinya. Chandra juga turut sedih melihat sahabatnya mengalami masa yang sangat sulit seperti saat ini.
Dara tidak menjawab, tangis itu malah semakin keras dikeluarkannya didalam pelukan Chandra.
"Nangis aja engga apa-apa, jangan ditahan." Ujar Chandra membisikkannya di telinga Dara.
---
Malam harinya, Jean memberikan pesan kepada Dara untuk bertemu malam itu juga. Jean akan datang menjemputnya, disisi lain Dara akan bersiap dengan rapi untuk bertemu dengannya kedua kali ini.
"Perasaan apa ini?"
Perasaan Dara saat itu diselimuti oleh rasa gugup. Padahal di awal pertemuan Dara merasa biasa saja, namun entah mengapa untuk kedua kalinya ia merasa nervous.
Ia berusaha membuang jauh-jauh perasaan aneh yang muncul didalam dirinya. Lalu, tak berselang lama kemudian Jean pun sampai. Dara berpamitan kepada ibunya, dan beliau mengizinkannya pergi.
"Masuklah" Titahnya agar Dara masuk kedalam mobilnya.
"Eh bentar, rambut kamu kenapa?" Sambungnya seraya memperhatikan rambut Dara yang sekarang menjadi pendek dan sedikit berantakan."Engga apa-apa kok" Balasnya berbohong.
Jean meneliti betul bahwa sebenarnya ada yang tidak beres dari hal yang menimpa Dara. Karena saat pertemuan pertama mereka, rambut Dara terlihat sehat dan mengambang. Demi menjaga perasaan Dara, Jean mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
"Cuaca saat ini sangat dingin ya?" Ujarnya dengan melihat sekeliling.
/Dara mengangguk
"Jadii, apa yang harus saya lakukan?" Kata Dara bertanya.
Jean mengambil satu buah batang rokoknya, lalu menghisap rokok itu, kemudian ia baru menjawab pertanyaan yang Dara berikan.
"Cukup temani saya saja" Balasnya singkat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Stalker -On Going
Misteri / Thriller[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "S-siapa kamu?!" "Aku? Aku adalah kekasihmu, apa kamu lupa?" Jawab pria itu, terdengar seperti omong kosong. Lagi-lagi dirinya dibuat bingung dengan apa yang sebenarnya pria ini katakan? Entah kenapa, Dara tidak bisa mengin...