[ 11 ] Kekhawatiran.

382 50 2
                                    


"Hidup dengan kekhawatiran berarti hidup melawan kenyataan."

---

Dara yang mendapati Jean pergi tergesa-gesa pun hanya bisa mematung melihatnya pergi, dalam hatinya, ia merasa tidak enak akan tawaran yang dirinya tolak. Dara mencoba menghubungi Jean, namun hasilnya nihil, ternyata Jean sedang berada di panggilan lain.

"ah, kayanya Jean beneran ada acara mendadak" Dara menutup ponselnya lalu pergi menuju ke kamarnya untuk mengganti pakaian.

Niatnya, hari ini ia ingin pergi ke supermarket dan membeli beberapa kebutuhan pribadinya dengan jenjang waktu yang cukup lama, artinya dirinya juga harus berhemat. Uang dari hasil kerja part time nya pun belum cukup untuk memenuhi kebutuhannya.

"Huh.. Hidup mandiri ternyata engga seenak yang aku bayangkan" Batinnya.

Setelah selesai bersiap, Dara pun menuju dimana sepeda miliknya itu berada. Ia mulai mengayuh sepedanya dengan hati-hati.

Disepanjang perjalanan dirinya hanya bersenandung pelan menyanyikan lagu yang biasa ayahnya putar saat dulu. Ini akan membuat rasa rindu terhadap ayahnya sedikit terobati, begitu pula dengan ibunya.

Hari ini adalah hari Sabtu, dimana Dara libur sekolah setiap Sabtu-Minggu. Itupun belum dengan tanggal merah lainnya. Tapi disaat malam hari tiba, dirinya harus pergi bekerja hingga waktu yang ditetapkan yaitu sekitar pukul 10 malam.

Keluarga dari almarhum ayah dan ibu sesekali mengecek keadaan Dara dengan pergi berkunjung ke rumahnya dan membawa beberapa makanan atau bahkan uang. Walaupun tidak banyak, ia tetap bersyukur karena masih memiliki keluarga yang peduli dengan kondisinya.

Hingga, sampailah Dara di sebuah supermarket terdekat. Ia membawa keranjang belanja yang memang tersedia di supermarket tersebut, lalu mulai mencari beberapa kebutuhan untuk dirinya. Seperti makanan, alat sekolah, dan kebutuhan pribadi lainnya.

Awalnya Dara hanya merasa seperti berbelanja di keramaian pada umumnya, namun kali ini terasa berbeda. Dirinya merasa seperti ada seseorang yang memperhatikannya entah darimana itu. Dia berpura-pura cuek, dan menganggap hal seperti itu hanya halusinasinya saja.

bruk

Seseorang berpakaian hoodie, dan masker yang menutupi wajahnya itu tidak sengaja menabrak Dara dari belakang, entah benar suatu ketidaksengajaan atau memang pria itu sengaja untuk 'mencari kesempatan'?

"Maaf, saya tidak sengaja" Ucap pria itu dengan menundukkan badannya sebagai tanda permainan maaf.

"Ah engga apa-apa.."

Dalam hati Dara sudah merasa janggal oleh pria ini, ia merasa sering melihat pria tersebut berada disekitarnya saat dirinya sedang berada diluar rumah. Jadinya, Dara ingin segera pergi dan menjauh, namun sayangnya pria tersebut menghentikan langkah kakinya.

"Kamu Dara kan?" Ujar pria tersebut secara tiba-tiba. Dara yang ketakutan pun hanya menundukkan kepalanya mengiyakan, lalu ia memberanikan diri untuk bertanya.

"K-kenapa anda tau nama saya?" Sial, disaat gugup pasti selalu saja seperti ini.

"Kamu sebenarnya sudah tau kan saya siapa?"

Dara ingin sekali menjawab bahwa sebenarnya dirinya notice akan keberadaan dia yang selalu memantaunya dari kejauhan.  Namun, untuk berjaga-jaga Dara hanya menggelengkan kepalanya.

"Sayang sekali. Berarti aku cuman perlu waktu yang lebih.. " Ia menggantung kalimatnya.

"Ah lupakan saja, tidak penting. Sampai jumpa lagi!" Ya, pria itu benar-benar meninggalkan Dara yang masih mencerna apa maksud yang sebenarnya dia bicarakan.

Stalker -On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang