"Kenapa semua orang ninggalin Dara? Takdir, kenapa kenyataan begitu perih?"
-dara---
Siang hari itu, Dara ingin pergi menuju minimarket terdekat untuk membeli beberapa makanan cepat saji dan makanan instan. Kondisi ekonominya semakin lama semakin memburuk, ditambah biaya periksa dan obat yang harus rutin diberikan untuk ibunya setiap hari.
Mau sampai kapan Dara akan bergantung pada orang lain? Selama dirinya merasa mampu melakukan sesuatu, maka ia akan berusaha keras agar bisa mendapatkan apa yang dirinya inginkan.
Jadi, dirinya sekolah dengan bekerja di malam harinya setelah ia selesai. Dirinya dibuat sangat sibuk oleh keadaan, belum setelah bekerja ia harus mengerjakan tugas-tugas nya yang menumpuk.
Dara membeli beberapa makanan cepat saji, seperti frozen food serta makanan instan, contohnya bubur, makanan kaleng, dan sereal. Hanya membeli beberapa saja, mengingat dirinya tidak memiliki banyak uang untuk membeli bahan makanan persediaan dalam rentan waktu yang lama.
Setelah selesai membeli kebutuhan di rumah, ia pun mengecek kembali keadaan sang ibu yang semakin lama semakin lemah. Sudah 2 hari beliau tidak ingin makan, hanya berbaring di tempat tidurnya seraya menatap kosong kearah luar jendela.
"Ibu, makan dulu yaa. Supaya ibu cepet sembuh" Baru ingin menyuapkan satu sendok sereal kepadanya, ibu Dara malah memotong pembicaraan.
"Sakit.. Gaada salahnya ibu nyusul ayah"
"Shtt, ibu ngomong apasih.."
Dara tersenyum berharap yang ibunya katakan hanya halusinasi belakang. Namun, matanya tidak bisa berbohong. Dirinya sangat merasa gagal menjadi seorang anak yang belum bisa membuat kedua orang tuanya bangga.
"Kalau ibu gaada, Dara harus baik-baik aja tanpa ibu ya?" Beliau mengelus halus rambut anaknya yang sekarang sudah tumbuh menjadi wanita kuat seperti ibunya.
"Ibu mau minum? Dara ambilkan dulu ya, tunggu sebentar"
Dirinya pun pergi ke dapur untuk mengambilkan ibunya air, tapi yang dilakukannya malah berdiam diri dengan pandangan kosong. Isi pikirannya hanya ada kata-kata yang ibunya keluarkan tadi. Ah sial, air matanya jatuh kali ini, padahal ia sudah berusaha menahannya.
"Ibu.. Dara engga janji bakal baik-baik aja. Kalau ibu pergi, Dara ikut ya?"
---
Keesokan harinya, Dara akan melakukan penilaian harian. Karena lusa nanti akan diadakan ujian akhir semester, dan beberapa ujian lainnya yang dilakukan untuk hasil akhir sebagai tanda kelulusan.
"Chandra.. Dara mau cerita"
"Hm? Cerita aja sini" Chandra menepuk tempat duduk yang berada disebelahnya.
"Kalau bunuh diri itu semua masalah selesai kan?" Tanyanya serta tersenyum kecil membayangkan betapa indahnya kehidupan setelah kematian, padahal kenyataannya kematian adalah hal yang sangat dihindari oleh orang-orang.
"No.. Justru semua itu ada konsekuensinya di alam sana. Mati bukan solusi dari masalah kamu, Dara" Chandra beralih menatap sahabatnya dengan ekspresi turut prihatin.
"..."
Dara hanya terdiam saat Chandra mengatakan hal tersebut. Perkataannya itu benar, dirinya berhasil membuat Dara bangkit untuk kesekian kalinya. Ini bukan keinginan ke satu atau dua, sudah berapa kali Dara ingin mengakhiri hidupnya, mungkin 10 kali.

KAMU SEDANG MEMBACA
Stalker -On Going
Mystery / Thriller[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "S-siapa kamu?!" "Aku? Aku adalah kekasihmu, apa kamu lupa?" Jawab pria itu, terdengar seperti omong kosong. Lagi-lagi dirinya dibuat bingung dengan apa yang sebenarnya pria ini katakan? Entah kenapa, Dara tidak bisa mengin...