[ 13 ] Bantuan?

366 46 17
                                    

"Kita selalu bisa memaafkan, namun tidak harus melupakan."

ᜊᜊᜊ

Pagi hari pun tiba, Dara mulai membuka kembali kedua matanya secara perlahan. Ia memandangi keadaan sekitar, ternyata dirinya masih di ruangan yang sama seperti saat terakhir kali dirinya tertidur. Ini adalah nyata, bukan mimpi.

Dara mencoba bangkit dari tempat tidur. Penerangan yang ada dikamar itu juga sedikit. Hanya ada lampu tidur dan lampu kamar dengan warna kuning, membuat suasana kamar menjadi remang-remang.

Dikamar itu juga minim cahaya matahari, atau bahkan tidak sama sekali. Karena memang tidak disediakan jendela untuk keluar masuknya oksigen maupun cahaya dari luar.

Setelah bangkit dari tempat tidurnya, ia beranjak menuju ke pintu kamar, sialnya pintu itu ternyata dikunci dari luar.

"Kata dia jika perlu sesuatu tinggal panggil aja kan? Tapi, Dara gatau dia siapa" Gumamnya.

Dari kemarin memang pria misterius ini tidak ingin menunjukkan wajahnya, entah apa yang ia tutupi, Dara juga tidak tau.

"Permisi! Siapa pun yang ada disana.." Ucapnya sedikit berteriak dengan maksud agar pria itu dapat mendengarnya.

Perlahan suara pintu yang terbuka pun terdengar. "Good morning, Dara" Ucapnya dengan senyum menyeringai di bibirnya.

Dara shock setelah melihat siapa pria yang sekarang berada di depannya. Sosok yang akhir-akhir ini membantunya, pria yang membelikannya macam-macam barang yang memang Dara butuhkan.. Dia adalah Jean. Yah, Dara sudah memiliki feeling sejak beberapa hari terakhir, yang ternyata perasaan itu benar adanya.

"Jean?" Dara berbicara dengan ekspresi tidak percaya. Dan Jean hanya mengangguk mengiyakan semua pertanyaan yang belum Dara keluarkan.

"Tolong," Perkataan Dara menggantung selama beberapa detik. "Tolong lepasin Dara.. Dara bakal ngelakuin apa yang kamu mau asalkan bebasin Dara dulu, please." Tawarnya dengan keadaan berlutut serta kedua tangannya memohon.

"Sshh.. Bicara apasih? Kita sarapan dulu ya"
Jean menggandeng tangan Dara lalu menuntunnya pergi kearah dapur. Disana sudah terdapat beberapa sajian makanan.

Ia menyuruh Dara untuk duduk di bangku makan. Di meja itu tersaji beberapa makanan dan hidangan penutup yang Dara suka.

"Kenapa Jean ngelakuin semua ini? Apa salah Dara? Atau jangan-jangan Jean mau bunuh Dara juga?" Batinnya dengan isi kepala yang berisik akan pertanyaan-pertanyaan.

Dara sebenarnya tau jika yang membunuh Clarisa dan Reja adalah Jean. Karena tepat setelah berita duka mereka tersebar, Dara sempat dimimpikan dengan Clarisa yang mengaku ia telah menyesal atas perbuatannya selama ini terhadap Dara. Ia juga membocorkan siapa sang pelaku, Clarisa bilang pelaku itu adalah Jean.

Sejak saat itu Dara ingin mengumpulkan bukti-bukti yang memiliki sangkut pautnya dengan Jean, namun saat ini ia malah berada didalam satu rumah yang sama dengan sang pelaku.

"I know, kamu suka semuanya kan? Don't shy, you can eat as much as you want"

Dara tidak tau harus bereaksi bagaimana, ia hanya menuruti apa yang pria itu katakan. Jika permintaannya tidak tercapai, ekspresi aneh sekaligus menyeramkan itu selalu berhasil membuat Dara menuruti perkataannya.

Dia tersenyum lembut menyaksikan Dara yang mau patuh terhadapnya, tidak ragu ia mengelus rambut Dara pelan seraya berkata "Good girl, makan yang banyak ya"

Stalker -On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang