Bagian Dua

1.7K 116 6
                                    

"Tetangga lo orang Indo, Sa?" tanya Aaron, melirik ke arah pintu di samping apartemen Vanesha keheranan.

"Gatau, ga pernah ketemu," jawab Vanesha singkat.

"Yaudah ayo buka Sa. Lo mau kita diomelin lagi sama tetangga sebelah?" Dengan perlahan Vanesha membuka pintu tralis dan mempersilahkan Aaron untuk masuk.

"Ar, buka sepatunya disini! Jangan sembarangan taronya ah," perintah Vanesha yang kesal dengan kebiasaan Aaron.

"Iyaa... iyaa, Sa." Aaron melepas sepatunya di balik pintu apartemen. Lalu menghampiri Vanesha untuk mengusap kepalanya.  Selanjutnya, melangkah masuk ke menuju ruang makan unit Vanesha.

Tidak jauh dari pintu masuk, terlihat ruang keluarga yang sekaligus menjadi ruang tamu apartment Vanesha. Di samping kiri pintu terdapat meja makan dengan berisikan 4 kursi, serta ada pintu geser menuju dapur dan ruangan laundry. Vanesha kembali ke dapur untuk menyiapkan makanan yang sudah ia masak untuk Aaron.

Aaron menikmati hidangan didepannya, sementara Vanesha duduk di depan Aaron dengan kedua tangan menopang dagunya.

"Mau nggak?" tanya Aaron.

"Nggak." Vanesha menggelengkan kepalanya.

"Enak loh ini, Sa."

"Ya enak lah orang gue yang bikin."

"Yaudah ini buka mulutnya aaa." Aaron mengulurkan satu sendok makanan menuju mulut Vanesha.

"Gamau. Udah lo makan aja Ar, trus balik buruan!" Vanesha mendengkus kesal.

"Ih! kok ngusir sih, Sa?" Ledek Aaron dengan senyuman. Vanesha terdiam melihat ke arah jendela di ruang keluarganya.

"Sa, daripada lo kesepian terus, mendingan lo cari deh anak kampus kita yang mau nyewa kamar."

"Ngapain? Ribet ah."

"Lo tuh ga bisa sendirian kaya gini terus, Sa. Kalo nanti lo kenapa-kenapa gimana?"

"Ya kan ada lo, Ar."

"Ya walaupun gue tinggal disini, tetep aja jauh, Sa. Harus turun dulu dari lift tower gue, lari keseberang. Naik lagi ke tower lo baru nyampe. Kalo urgent gimana, Sa?"

"Nanti kalo nyokap bokap gue kesini gimana, Ar?"

"Buktinya udah enam bulan mereka ngga pernah kesini, Sa." Vanesha kembali terdiam mendengar jawaban Aaron.

"Kamar disini ada tiga, lo udah pake master bed. Ini ada sisa kamar kasur single sama kasur double. Lo sewain aja kamar yang kasur single. Jadi kalopun nanti ada nyokap, bokap atau kakak lo yang dateng, mereka bisa di kamar yang satunya."

"Iya... iya yaudah nanti di pikirin lagi. Lo aja kamar masih ada sisa satu yang kosong, tapi nggak di sewain."

"Kalo gue butuh privacy soalnya. hahaha," jawabnya dengan tawa.

"Ih dasar cowok gatel."

"Heh. Lo jangan mikir yang jelek-jelek tentang gue dong, Sa. Kan bisa aja privacy tuh maksudnya gue di apart kalo mau main ps cuma pake boxer ga pake baju itu kan butuh privacy. Lo mikir aneh-aneh ah ga suka." Bibir Aaron mengerucut tidak suka. Vanesha kembali tersenyum, dari semua rasa sepi yang ia rasakan hanya Aaron yang dapat memberikan nuansa ramai dalam hidupnya.

"Ar, buruan makannya. Gue ngantuk," ucap Vanesha manja.

"Iya sayang, sabar ya. Ini kan kamu bikinnya banyak, mie dua telur dua pake nasi pula," Aaron berbicara dan memberikan kecupan jarak jauh.

"Eh najis ya, gausah sayang-sayangan sama gue lo. Jelas-jelas lo kalo makan emang segini kan porsinya." Senyuman yang lebar terlihat dari raut wajah Aaron.

Pusat KecewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang