Bagian Dua Puluh Satu - Petak umpet

752 46 4
                                    

Sejak kembalinya mereka sebagai sepasang kekasih, Vanesha dan Zafran lebih sering menghabiskan waktu bersama. Dikarenakan terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas yang berbeda, mereka hanya bisa bertemu setiap malam. Tentunya saat Aron tidak ada di sekeliling mereka. Hubungan mereka bagaikan hubungan rahasia. Berbeda dengan kisah cintanya saat SMA yang selalu bisa pergi berdua tanpa memikirkan bertemu dengan orang yang mereka kenal.

Vanesha masih dengan spatula dan kegiatan memasaknya. Zafran hanya mengamati, dengan tangan yang melingkar di pinggang perempuannya. Mereka bagaikan kekasih yang sedang di mabuk asmara. Setiap malam selalu dihabiskan berdua. Zafran tidak ingin semuanya ini hilang dari hidupnya. Ia ingin Vanesha selalu ada didekatnya hingga akhir nafasnya tiba.

Vanesha tidak keberatan dengan perlakuan Zafran yang sedikit memperlambat aktivitasnya. Sesekali Zafran menaruh kepala dan menghirup manisnya aroma parfum di leher Vanesha. Vanesha merasa geli, namun tidak ada amarah atau penolakan yang ia katakan pada Zafran. Nyaman. Selalu kenyamanan yang Vanesha berikan.

Kini makanan sudah siap, mereka menyantapnya di meja makan dengan tenang. Vanesha sudah terbiasa memiliki pengunjung untuk makan malam di rumahnya. Tetapi beberapa hari ini beda, bukan Aron atau Via. Zafran yang berada disana, seseorang yang selalu menjadi pemeran utama dalam kisah cintanya. Menghabiskan waktu setiap malam bersama sang kekasih untuk sekedar makan malam bersama membuat rasa bahagia menyelimuti hati Perempuan yang sebentar lagi menginjak usia 20 tahun itu.

Usia yang sangat muda untuk mereka memainkan peran rumah-rumahan. Hidup sendiri di negeri orang, tanpa orang tua dan keluarga, membuatnya bisa menghabiskan waktu bermesraan bersama kekasihnya. Memasak bersama, makan bersama, nonton film bersama. Kegiatan itu yang selalu ia lakukan bersama Zafran.

Sinar matahari pagi yang menembus celah-celah tirai ruang televisi itu kini mengusik mata Vanesha. Vanesha dan Zafran tertidur saat menonton film hingga tengah malam. Vanesha tertidur pulas di atas paha Zafran yang duduk tenang di sofa cokelat yang terletak tepat di depan layar televisinya. Setiap malam mereka bergantian untuk menghabiskan waktu di apartemen mereka masing-masing. Kali ini mereka berada di apartemen Vanesha.

Suara televisi yang masih menyala tidak mengganggu pendengarannya. Berbeda dengan suara bel apartemen yang sedari tadi berbunyi dan getaran ponsel yang terdengar dari atas mejanya. Suara seseorang terdengar dari pintu apartemennya. Ya, itu suara Aron.

Vanesha yang terkejut dengan segera berdiri dan berlari menuju pintu apartemennya. Ia mengintip dari lubang yang tersedia di pintu yang berada di hadapannya. Aron sudah berdiri dengan raut wajah yang tegang. Memanggil dirinya tanpa henti.

Vanesha berlari menuju sofa, membangunkan Zafran dengan cepat. Zafran yang terusik belum juga membuka matanya. Vanesha meraih ponselnya, nama Aron terlihat pada layar. Ada banyak pesan dan panggilan tak terjawab pada notifikasinya. Vanesha panik, berlari ke kamar, dengan cepat menutup pintunya.

"Halo Ar." Vanesha menjawab dengan suara ciri khas bangun tidurnya.

"Lo kemana sih? Dari tadi gw telepon ga angkat. Ini pintu kuncinya masih nyantol. Kuncinya ga bisa masuk, gw di depan. Kita ada kelas pagi ini Sa!"

"Sa!" Nada suaranya terdengar lebih tinggi, karena belum juga mendapat jawaban dari orang di ujung teleponnya.

"Iya sorry tadi gue tidur pulas banget Ar."

"Yaudah bukain pintunya. Gw bawa sarapan, nanti kita makan sekalian lo siap-siap."

Wajah Vanesha kali ini sangat pucat. Keringat mulai jatuh di pelipisnya. Aron tidak boleh masuk ke dalam apartemennya. Ada Zafran di depan sana. Vanesha berlari ke sofa di ruang televisi. Menarik Zafran dan membangunkannya tanpa henti.

Pusat KecewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang