Bagian Sembilan

816 60 4
                                    

Sudah tiga hari semanjak perdebatan antara Sasa dan Aron terjadi. Sasa sudah kembali masuk kuliah seperti biasa, karena memang kakinya sudah pulih. Selama tiga hari itu pula mereka tidak berhubungan dan tidak bertemu. Walaupun mereka satu kelas, mereka memilih untuk duduk berjauhan. Tak ada panggilan telepon maupun pesan yang mereka tukar satu sama lain.

Ini perang dingin yang kedua kali, perang dingin pertama terjadi beberapa tahun lalu saat Sasa memutuskan untuk menerima seseorang menjadi kekasihnya. Yang kini sudah menjadi mantan yang ingin Sasa buang jauh dari ingatannya. Selama tiga tahun berpacaran, Sasa menjaga jaraknya dengan Aron. Mereka mendapatkan bahagianya masing-masing. Bedanya, Sasa bertahan dengan satu orang, sedangkan Aron selalu berganti pasangan setiap tahunnya. Dia bukan seorang pecinta wanita, namun ia selalu merasa ada yang kurang lengkap dari wanitanya. Hingga membuat Aron harus selalu mencari pujaan hati untuk melabuhkan semua cintanya.

Sasa dan Via berjalan menuju kantin, batang hidung Aron tidak terlihat dari segala arah mata angin.

"Sa gue liat kayanya ada yang aneh sama lo dan Aron. Kalian kenapa?"

"Gatau tu orang, gila."

"Ya kenapa? kau gamau cerita sama aku?" Ucap Serevia.

"Bukan gitu Vi, ceritanya terlalu panjang."

"I don't have anything to do. You can tell me."

Sasa menghembuskan nafasnya dengan panjang, memulai pembicaraan tentang perdebatan yang terjadi antara dirinya dan Aron. Ia juga memaparkan segala kekesalannya tentang Aron. Cerita demi cerita ia sampaikan, hingga terucap bahwa perang dingin ini terjadi untuk kedua kalinya.

"Menurutku itu cuma ungkapan rasa sayang dia ke kamu Sa. Dia mau jadi pendamping kamu karena ya dia kan udah lama kenal sama kamu."

"Iya tau, tapi masalahnya ngapain dia ngajak nikah? Udah gitu pake emosi. Kan ga jelas banget. Ada gila-gilanya dia Vi."

"Jadi lo ngarepnya dia lamar dengan romantis ya?" Ucap Via dengan senyum jahilnya, walaupun ia baru mengenal Sasa selama satu tahun, Ia sudah bisa membaca karakter Sasa dan juga Aron.

"Ih lo apaan sih? Bukan gitu maksud gue." Ucap Sasa kesal. Bibirnya sudah mengerucut, ia kepal tangannya karena merasa Via sedang mengejeknya.

"Iya terus gimana maksudmu?" Lanjut Via.

"Ya maksudnya tuh, gue kan masih muda ya. Dia juga, terus kalo nikah nanti masa depan gue gimana? Gue masih mau kerja, masih mau main main. Dia selama setahun ini balik lagi protektif kaya dulu, mentang-mentang ga punya pacar jadi ga ada kerjaan dia." Sasa menjelaskan dengan kesal. Via hanya tersenyum, ia mengetahui bahwa sebenarnya Sasa dan Aron saling menyimpan rasa, namun tidak ada diantara mereka yang berani menyatakan. Entah apa alasannya.

"Padahal lucu loh Sa. Nanti di undangan namanya Aron Vallino & Adriana Vanesha. Sama sama AV, emang jodoh jangan-jangan." Ucapnya dengan senyum sumringah.

"Ngawur lo." Jawab Sasa dengar raut muka yang masih mencerna perkataan Via.

"Udah ah, ini mau pesen makan ga? Lo yang pesen kesitu ya." Ujar Via

"Siap boss."

——————————————-

Sasa dan Serevia berjalan menuju pintu gerbang kampusnya, mereka memutuskan untuk pulang setelah selesai kelas. Sasa ingin lebih banyak menghabiskan waktu untuk rebahan di kamarnya. Mereka berpapasan dengan Niko yang sedang berdiri menghisap satu batang rokok. Ada Rassya yang berdiri tepat di samping Niko dan beberapa temannya. Sasa hanya tersenyum dan berlalu melewati mereka.

"Sa tunggu." Ucap seorang lelaki yang berjalan menghampiri. Sasa dan Via berbalik dan melihat ke arah sumber suara.

"Kakinya udah pulih?" Tanyanya.

"Udah ka Rassya, Thank you ya waktu itu udah bantuin gue." Jawab Sasa dengan senyuman.

"No worries, gue juga cuma bantu dikit doang kan. Oiya waktu itu bakmi nya udah di makan?" Lanjut Rassya.

"Bakmi?"

"Iyaa jaytown, di makan ngga?"

"Itu dari lo kak?"

"Iya. Kan ada kertasnya, emang ga baca? Gue udah bel berkali kali tapi karena gaada yang buka, gue balik." Rassya menjelaskan.

"Di makan ka. Makasi yaa. Tapi kok lo tau alamat gue?" Tanya Sasa yang raut mukanya menampakkan kebingungan.

"Iyaa tau dari Via. Emang Via ga bilang?" Mata Sasa membulat dengan sempurna, melihat sahabatnya yang saat ini terlihat takut.

"Iya gue emang kasih alamat lo ke kak Rassya, tapi kak Rassya ga ngomong ke gue kalo dia kirim makanan." Via menjelaskan.

"Oh iya Sa, gue emang minta ke Via tapi gue lupa bilang ke Via kalo gue ninggalin makanan. Jangan di marahin dong Via nya. Gue cuma bilang mau jenguk lo, tapi ga bilang kapan heheheh." Rassya tersenyum dan memegang kepalanya.

Sasa terdiam, bingung untuk menanggapi. Hanya saja dia teringat bahwa makanan itu yang menjadi awal pertengkarannya dengan Aron.

Dari kejauhan, Aron berjalan di koridor menghampiri Niko dan teman lainnya.
"Eh Val, sebat ga? Tanya Niko. Untuk teman-teman lainnya, Aron memang di panggil dengan nama belakangnya, Vallino. Hanya keluarga dan teman dekatnya yang memanggilnya Aron.

Aron menghampiri Niko dan mengambil sebatang Rokok dari kotak, sambil memperhatikan Sasa, Via dan Rassya yang sedang berbicara dengan tatapan yang tajam. Aron juga menajamkan indera pendengarannya untuk sedikit menguping pembicaraan mereka.

"Sa besok selesai kelas jam berapa?" Tanya Rassya.

"Jam 2 selesai kak. Kenapa?" Tanyanya dengan satu alis yang mengangkat.

"Besok nonton yuk? Mau ngga?"
Sasa terkejut dengan pertanyaan Rassya, namun ia lebih terkejut ketika melihat Aron yang sedang memperhatikan mereka. Ia tau Aron paling tidak suka jika Sasa berpergian jauh tanpanya. Bagi Sasa, ini kesempatan yang baik untuk berpergian tanpa Aron, karena Aron pun sedang mendiamkannya.

"Boleh kak. Jam berapa? Ketemu dimana?"
Aron terkejut dengan jawaban Sasa, ia menghisap batang rokoknya, dengan tarikan yang dalam.

"Bareng aja Sa dari kampus, di Shaw Orchard aja kali ya nontonnya. Kalo lo mau naik bus boleh, mau naik taksi juga boleh." Ucapnya.

"Okei. Lo ikut kan Via?" Tanya Sasa.

"Ngga ah gue besok ada group meeting buat tugas. Aku titip aja ya kak si Sasa ini. Ajak makan lah sekalian, tapi dia rakus kak. Hati-hati bangkrut." Via tertawa setelah menyelesaikan kalimatnya.

"Ihh anjir apaan sih ini. Ibu ibu komplek yang suka nyinyir. Gausah dengerin kak." Timpal Sasa sebal.

"Yaudah besok ketemu disini ya abis kelas kak. Naik bus aja kita, toh cuma 1 kali naik." Ucap Sasa dengan nada yang sedikit naik dan memperhatikan Aron. Mata mereka bertemu, lalu Sasa menunduk dan pamit dari hadapan Via dan Rassya.

Aron mematikan rokok yang sedikit lagi habis, lalu berpamitan kepada teman-temannya. Ia berjalan dengan cepat, berusaha menyusul Sasa untuk mengajaknya berbicara.

**************

hai haiiiii
gimana guys sampai sini, seru gakkkkkkk? Aku seru banget sih pas ngetik dan ngebayanginnya. Mau nanya dong, kalian suka ga sih sama alur nya? Ada kritik dan saran mungkin?? Aku mau aja sih upload 2 hari atau 3 hari sekali lagi ngumpulin semangat nulis. Menurut kalian, enaknya upload tiap kapan?

Jangan lupa vote dan komen yahhhhhhhh

Pusat KecewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang