16. Janji Nara

4.6K 364 18
                                    

Yogyakarta memang tidak pernah mengecewakan, tempat mujarab bagi Nara dalam hal menyembuhkan dan tempat yang mendukung semua perjuangan Arjuna mengambil hati wanita bernama Naraya.

Hari yang berlalu menyisakan tumpukan bahagia di kedua insan yang terjatuh pada skenario yang Tuhan berikan.

Nara benar-benar lupa akan sakitnya dahulu, saat ini Nara dibutakan akan cinta yang Arjuna berikan sepenuhnya, tugasnya kini menerima dan memberikan cinta yang sepadan untuk prianya tersebut.

Saling tergila-gila membuat rasa cinta mereka semakin meningkat setiap harinya, waktu telah berjalan dua Minggu lamanya setelah deklarasi memiliki.

Berkumpul di sebuah cafe di mana mereka berempat pernah mengabiskan waktu bersama, ajakan Ina kini telah diwujudkannya, hitung-hitung pelepas lega setelah pertemuan keluarga.

Gulita menyapa, nanum temaram lampu menemani kedua pasangan yang terlarut dalam obrolan hingga banyak topik yang memicu tawa dan beberapa ledekan tercipta memenuhi percakapan mereka.

Rasanya kembali ke masa lalu, berkumpul bersama dengan rasa yang semakin mengudara, Nara keluarkan ponsel untuk memotret sang kekasih yang tersenyum saat mengobrol dengan teman lamanya.

Ingatannya kembali saat dirinya masih menjadi babu seorang Anantio Danuarja, penderitaan sekaligus sebuah kesempatan yang ia gunakan dengan baik namun hasil yang tidak memuaskan pernah Nara terima, ingatan itu tidak membuatnya menangis melainkan rasa syukur dengan senyum manis yang mewakili.

“Mana nih, katanya mau ciuman di depan gue?” ledek Gama kepada Nara dengan spontan.

Gama benar-banar ingat ketikan sombong Nara pada hari pertama Arjuna tiba di Yogyakarta.

“Kak, yang bener aja!” jawab Nara dengan rasa panik.

“Memang Nara ngomong apa, Gam?” Arjuna menaruh atensi penuhnya kepada pernyataan yang terlontar dari mulut Gamala Hadi.

“Coba Nar, jawab?” kata Gama sembari tertawa.

Ina ikut tertawa karena melihat kelakuan Nara yang salah tingkah.

“Enggak Kak! Kak Gama bohong! Jangan percaya dia!”

Rasanya bahagia sekali meledek Nara.

“Heumm?” Arjuna menatap Nara lekat, meminta penjelasan lebih.

Gama dan Ina tertawa puas melihat Arjuna yang penuh dengan rasa penasaran dan Nara yang diselimut malu akan ledekan itu.

“Udah jangan tanya.” Nara mencubit lengan kekasihnya agar berhenti bertanya dengan tatapan yang begitu mengintimidasi dirinya. "Tengok ke sana!" titah Nara kepada Arjuna yang terus menatapnya.

“Gue aja nih yang ngomong?”

“Kak Gama udah, ya? bahas yang lain aja,” pinta Nara.

“Waktu itu gua nggak sengaja ciuman di depan dia, eh dendaman dianya. Trus katanya kalau udah punya pacar mau bales ciuman di depan gue,” tutur Gama dengan lengkap.

"Kak Ina suruh cowok lo diem," rengek Nara yang hanya disambut tawaan Ina.

“Kamu mau direalisasikan sekarang?” tanya Arjuna dengan senyum yang dikulumnya tidak lupa ada jemari telunjuknya menyentuh hidung wanita cantik yang duduk tepat disebelah dirinya.

fine line [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang