31. Narasi Kecil

2.1K 221 25
                                    

Arjuna ingin mencintai Nara sebanyak yang ia inginkan. Tapi kenyataan berbanding terbalik, ia kini berdiri mematung hanya untuk mengamati kegiatan seorang wanita yang dipilihkan orang tuanya.

Tepatnya hari ketiga Arjuna berada di Jakarta, harinya suram karena tidak ada sosok Nara yang terperangkap di pandangannya.

"Lo ngapain?" tanya pria tampan dengan jas abu-abu yang melekat rapih di tubuhnya.

Berada di parkiran sebuah restaurant, Arjuna kini bertemu dengan sahabatnya.

Pria di dalam mobil itu menoleh ke sumber suara, ada Nathan yang datang dan menundukan kepalanya  tepat di samping mobil miliknya.

"Jadi stalker," kata Arjuna sembari menurunkan kaca mobil yang sudah berada di tengah-tengah.

"Bisa dipenjara, anjir!"

Arjuna meminta Nathan untuk diam barang sejenak, benar saja wanita bernama Alice keluar dengan pria yang sama dengan dua hari yang lalu. Dengan cepat Arjuna keluarkan ponsel untuk memotretnya.

"Lo kenapa dah, Jun?"

Hembusan napas berat ia tunjukan. "Hubungan sama Nara nggak berjalan lancar."

Belum sempat mengucapkan kata, satu suara memanggil Nathan dengan lembut. "Nath?"

"Bun."

Bunda Nathan mendekat ke arah mereka berdua, Nathan yang mengetahui adanya garis merah yang terhubung kini mengalami dilema yang rumit.

Kedua pasang mata ibu dan anak itu bertemu tatap, seakan menghasilkan beragam pertanyaan yang terlintas.

Dengan cepat Arjuna membuka pintu mobil dan berbegas berdiri di samping Nathan.

"Kenalin, Bun. Ini Arjuna yang orang tuanya Bunda kenal."

"Hallo, nak? Bundanya Nathan."

"Arjuna, Tante. Arjuna Bagaskara." Jemari lembut itu Arjuna sambut dengan hangat. Selama berteman mereka memang jarang sekali melibatkan orang tua, syukur-syukur  bisa berkenalan langsung seperti saat ini.

"Bunda ke mobil duluan, ya? Nanti Nathan nyusul," pinta pria tersebut.

Punggung wanita paruh baya itu perlahan menjauh membuat keduanya kembali dalam obrolan utama mereka.

"Lo kenapa sama Nara?" tanya Nathan langsung.

"Orang tua jodohin gue sama wanita tadi."

Nathan tidak terlalu kaget mendengar cerita Arjuna, tapi ia lebih kaget saat mendengar Mamanya Arjuna yang meminta langsung kepada Nara untuk mengikhlaskan anaknya.

Nggak belajar dari pengalaman, monolog Nathan.

Pria tampan itu kini melihat arlojinya dan berpamitan kepada Arjuna, "besok pagi ke rumah gue, ada yang mau gue kasih, kali aja bisa bantu permasalahan lo yang ini."

Entahlah Bunda akan setuju atau tidak, tetapi yang Nathan tahu pasti bundanya selalu mau menolong seseorang yang dalam kesusahan.

...

Bertarung dengan rindu hingga berlari melawan realita, berharap ilusi indah akan menjadi nyata.

Napasnya berat, pikiran berkecamuk acak, wajah kekasih yang ia rindukan terpampang jelas di layar ponsel miliknya, rasa ingin jumpa memenuhi angan. Jika bertemu akan ia bubuhkan kecupan pada pipi wanitanya.

"Hai." Terdengar suara yang Arjuna rindukan.

"Aku mau ketemu," pinta pria itu.

fine line [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang