13. Rasa Itu Masih Sama

5.1K 316 16
                                    

"Gimana semalam?"

"Asli Kak Ina, pertanyaan lo tuh ambigu banget."

Sapaan yang berbeda dari biasanya, Nara dihujani banyak pertanyaan yang membuat dirinya sendiri bingung harus dari mana ia mendeskripsikan seorang Arjuna Bagaskara yang saat ini.

Ina berjalan mengekori Nara menuju ruang kerjanya ada senyum bahagia di netra Ina saat melihat Nara seperti seorang anak kecil yang baru saja mendapatkan segenggam permen.

"Ternyata masih berdebar kalau lihat senyumnya dan dimples-nya yang paling gue suka." Nara ikut duduk di sofa tepatnya di samping Ina.

Wanita manis itu sibuk menceritakan tentang Arjuna, pria tampan yang cara bicaranya berubah namun perlakuannya masih tetap sama.

Saat menjadi secret admirer, Nara sadar Act of service yang Arjuna berikan tetap ada hingga saat ini, hal-hal kecil yang dilakukan Arjuna telah Nara ceritakan, mulai dari menahan baju Nara agar tidak mengenai noda dan bagaimana Arjuna dengan fokusnya mendengarkan banyaknya cerita yang Nara narasikan, hanya dengan menceritakan saja mampu membuat Nara berdebar.

Ina suka melihat Nara seperti ini, ada bahagia yang ikut menjalar, adik kecilnya benar-benar jatuh cinta.

"Sekarang udah yakin sama hati lo?"

Nara mengangguk yakin.

"Berhasil nggak, ya, Kak? Kadang masih ada rasa takut." Nara dengan tiba-tiba bertanya menghadap langsung ke Ina.

"Coba aja belum, lo udah mikirin berhasil atau enggak. Kurangin ya mikir begitu?" rayu Ina. "Rasa takut lo itu belum tentu terjadi, Nar. Hidup itu jalanin yang sekarang dan buat masa depan itu nggak perlu lo terawang-terawang."

Ina memegang kedua pundak Nara, "Juna tulus sama lo dan gue yakin itu, pelajaran enam tahun lalu bisa bikin dia menghargai lo sebegitunya."

Kedua pasang netra itu saling memandang, tatapan Ina begitu meyakinkan seakan memberitahu tentang apapun yang akan Nara lalui, bahagia ataupun sakit, dirinya akan selalu menjadi sosok Kakak yang menemani adiknya.

"Ya udah gue balik ke ruangan, Oya nanti gue keluar sebentar, lo layanin klien spesial hari ini, ya?"

"Jam?"

"Habis makan siang, Oya mau dibawain apa?" jawab Ina seraya meninggalkan Nara di ruangannya.

"Kebab ya Kaka cantik."

Nara pandang punggung Ina yang semakin menjauh, dirinya kembali memikirkan rasa takut akan masa depannya dengan Arjuna.

Gundahnya berganti dengan sketsa, jurus yang paling ampuh dalam melupakan adalah kesibukan.

Menit yang perlahan berganti hingga Nara kini telah ditunggu oleh klien tersebut.

Tubuh yang membeku melihat seorang yang ia kenal sedang asik bercengkrama dengan lawan jenisnya. Di sana ada pria dengan senyum yang tertera berbeda dengan Nara yang hatinya yang sedang gundah.

Atensi Arjuna teralihkan pada satu sosok cantik yang saat ini memandangnya, pamit kepada lawan bicara dan melangkah mendekat menuju Nara yang kini mulai sibuk mengetik pesan kepada Ina.

Tanpa berbicara Arjuna hanya menyejajarkan tingginya dengan Nara lalu tersenyum dan menggenggam satu tangan dengan jemari-jemari yang kecil itu, wanita itu sontak mengangkat wajahnya dan menghentikan ketikan di layar ponsel miliknya.

Arjuna membawa Nara menuju wanita yang mengenakan dress hitam selutut dengan model yang sederhana namun terlihat mewah.

Dengan gugup Nara menelan salivanya, awalnya ada cemburu yang belum sempat ia akui namun kini berubah menjadi rasa tidak percaya diri yang dengan gamblang menyapanya.

fine line [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang