Flamboyan Kafe

24 8 3
                                    

Siang pulang sekolah Gala mengajak Fara pergi ke kafe yang dulu pernah mereka datangi namun urung mereka singgahi. Hari ini sebenarnya Fara sibuk, pulang sekolah lebih awal karena tidak ada ektrakulikuler yang harus dia ikuti maka awalnya dia berencana akan ke toko pak Mansyur, seperti kata ibunya, kalau 'mumpung banyak kerjaan buruan di kerjain biar bayarannya juga nambah'. Dan itu dijadikan niat oleh Fara untuk ngebut menggarap kain-kain itu sebanyak mungkin hari ini. Tapi ketika Gala mengajaknya untuk jalan susah sekali untuk menolak ajakannya itu. Fara jarang menghabiskan waktu berdua dengan Gala di luar dan itu karena dirinya. Jadi Fara pikir untuk hari ini saja, Fara harus meninggalkan pekerjaannya. Dalam hati ia berjanji besok dia akan ngebut sekali agar minggu depan gajian yang di dapatkannya banyak.

Maka di sinilah mereka berada, sebuah Kafe dengan taman buatan yang asri, kaca-kaca transparan itu membuat Fara bisa melihat pemandangan taman dan orang yang berada di sana dengan jelas. Mereka mengambil tempat di meja dengan sisi dinding yang di lukis sedemikian rupa, dengan hiasan dinding abstrak yang aesthetic. Tak lama kemudian seorang pelayanan datang menghampiri meja mereka, memberikan menu. Sesudah mencatat semuanya pelayan itu pergi setelah meninggalkan pesan agar mereka berdua menunggu dan menikmati pemandangan apa saja yang dibuat untuk dinikmati oleh pengunjung.

Sungguh Kafe ini sangat asri, indah, aesthetic,  membuat nyaman para pengunjung. Di depan sana ada panggung kecil dan alat musik sederhana yang pastinya digunakan untuk live musik pada malam hari. Pemiliknya pastilah pecinta alam yang sangat memanjakan sebuah keindahan, sekaligus pengagum sebuah melodi. Fara ingin tahu akan seperti apa pemandangan kafe ini pada malam hari, pastinya akan sangat lebih cantik dengan lampu kemuning yang digantung di langit-langit ruangan dan lampu warna-warni yang menghiasi panggung kecil di depan. Dan tentu lampu taman yang akan berpendar indah di bawah gelapnya malam.

"Gimana hasil check upnya?". Fara membuka suaranya lebih dulu setelah puas mengamati sekitar. Gala yang sibuk dengan ponselnya beralih pada Fara dan meletakkan ponselnya kembali di atas meja.

"Kayak biasa, nggak ada yang perlu di perhatiin secara serius tapi aku masih disuruh buat tetep minum obatnya".

"Jangan pernah ngerasa obat tuh beban Gal".

"Yaiyalah Ra, kalo nggak ada tuh obat juga aku pasti udah mati". Gala mengatakan itu dengan senyum sumir dan pandangan mata yang di alihkan pada ujung jarinya di atas meja.

"Jangan ngomong gitu, aku nggak suka!". Gala bergeming membuat Fara tergerak menggenggam tangan cowok itu untuk mendapatkan tatap mata darinya.

"Kamu pasti sembuh, percaya sama aku". Fara sungguh-sungguh mengatakan ini, dengan senyum di bibirnya ditambah dengan raut muka meyakinkan, membuat perlahan Gala ikut tersenyum.

"Makasih ya". Ucapnya, membalas tatapan mata Fara. Bunyi berdenting pelan berasal dari ponsel Gala mengalihkan atensi keduanya. Fara memberikan  jeda untuk Gala yang dengan segera menyambar ponselnya. Sesudah mengirim pesan balasan Gala kembali meletakkan ponselnya dan mengajak Fara kembali berbincang sambil menunggu pesanan mereka datang.

"Kak Gea bilang sama aku katanya kamu disuruh main ke rumah, katanya mau diajakin jalan-jalan".

"Kamu tahu sendiri kan bakalan susah banget untuk aku pergi keluar, aku harus punya alasan yang mendukung biar bisa keluar".

"Iya sih...padahal kakak pengen banget ngobrol sama kamu". Fara tidak langsung membalas ucapan Gala, dia diam memandang wajah Gala yang menoleh ke samping ke arah kaca transparan kafe ini.

"Maaf ya". Hanya ini yang bisa Fara lakukan. Hanya kata maaf yang bisa dia ucapkan saat dirinya membuat kecewa orang lain.

Gala menoleh kembali, menghela napas pendek kemudian berkata. "Iya nggapapa, lagian aku ngerti kok".

Euploea MidamusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang