Di Atas Selaput Es

23 4 1
                                    

Masih terhitung begitu pagi saat Fara menjejakkan kakinya ke pelataran sekolah, bahkan ketika sampai di kelas pun yang sudah datang bisa dihitung dengan jari. Rida, salah satu teman sekelasnya sempat berkata tumben Fara sudah datang pada jam segini.

"Angkotnya ngebet berangkat". Jawab Fara serta diiringi senyum kecil untuk teman yang paling jarang bicara itu. Padahal sebenarnya Fara datang pagi-pagi begini untuk menghindari omelan ibunya karena hari ini Fara bangun tidur terlambat dari jadwal seharusnya. Well ini semua karena mimpi sialan yang teramat panjang dan agak aneh itu tidak memberi jeda sedikitpun pada Fara untuk melirik jam dinding.

Menghela napas panjang Fara memilih login game Mobile Legend setelah puas merecoki Hani lewat chat. Hari ini Gala tengah sibuk-sibuknya mempersiapkan diri untuk lomba paskibnya, sehingga Fara tidak ingin mengganggu laki-laki itu untuk saat ini. Sempat Gala menawari Fara untuk turut datang menonton bersama tantenya yang mewakili Babeh Gala yang sedang berhalangan hadir, namun Fara menolak secara halus dikarenakan dia harus lebih banyak meluangkan waktu untuk bekerja di Kafe mengingat sebentar lagi sudah memasuki bulan April. Dan tepat pada tanggal satu itulah Gala berulang tahun, sebenarnya sudah sejak awal Maret Fara memikirkan rencana-rencana untuk merayakan hari spesial tersebut. Tinggal dieksekusi begitu dia sudah mendapatkan dana yang cukup. Namun meskipun begitu ada satu hal yang tak kalah penting untuk melancarkan surprise, yaitu bagaimana Fara meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk pergi keluar. Hal inilah yang paling sering membuat kepalanya keliyengan memikirkan berbagai cara.

Baru tujuh menit Fata memainkan gamenya sebuah notifikasi dari Gala berdenting pelan, membuat konsentrasinya membantai musuh jadi kacau balau. Sehingga tanpa memedulikan bahwa sekarang ia bermain di rank Fara memilih keluar dari gamenya begitu saja, dan bisa dipastikan setelahnya Fara akan mendapatkan hukuman dari Moonton.

Isinya singkat, Gala menanyakan di mana ia berada yang langsung dibalas cepat begitu menekan tombol send dan telah terkirim pada laki-laki itu Fara menatap takjub karena pesannya langsung dibaca. Namun satu menit Fara masih memandangi ponselnya yang tak kunjung mendapat balasan membuat binar mata takjub tadi lenyap perlahan, dan Fara memutuskan untuk kembali memainkan gamenya yang sempat ditinggal. Belum usai memindahkan aplikasi atensi seseorang di bawah bingkai pintu membuatnya mengalihkan tatap, dan dengan begitu saja Fara seolah berubah menjadi patung hidup dadakan bersamaan dengan binar mata yang kembali terang.

"Kenapa?". Agaknya Gala menyadari cara Fara menatapnya yang tidak biasa, sedangkan Fara dengan cepat memperbaiki mimik mukanya.

"Hah?.. Nggak papa kok".

"Kamu ngapain?". Tanya Fara lagi sembari terus mengikuti gerakan Gala yang kini duduk di bangku depannya.

"Nyamperin kamu".

"Oh.. iya". Sejenak Fara melirik ke arah temannya yang tiba-tiba saja tidak mengeluarkan suara semenjak Gala memasuki kelasnya.

"Kenapa?". Fara bertanya kembali dengan wajah sangsi, sedikit merutuk dalam hati dengan Gala yang langsung menemui dirinya di dalam kelas.

"Harusnya aku yang nanya, kamu kenapa ngomongnya kaya gugup gitu? Nggak biasanya".

"Enggak tuh, aku biasa aja".

"Yang bener?". Gala justru mengeluarkan nada menggoda pada kalimatnya yang kemudian diikuti gelak tawa, hingga Fara mencebik kesal.

"Tujuan kamu ke sini ngapain sih?".

"Mau ngobrol aja, itung-itung sebagai ganti aku yang ilang-ilangan akhir-akhir ini nggak boleh?".

"Ya boleh".

Hening menghampiri keduanya untuk sesaat, dengan Gala yang terus memandang Fara sehingga membuatnya jadi menatap ujung meja yang entah kenapa sepertinya lebih sedap dipandang dari pada wajah ganteng laki-laki itu.

Euploea MidamusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang