Latar Yang Sama

11 5 1
                                    

Kemarin Gala mengirim pesan bahwa mulai hari ini hingga akhir minggu ini dia akan sibuk oleh latihan paskib untuk persiapan lomba bulan Maret nanti. Jadi mereka akan jarang bertemu karena waktu mereka yang berlawanan arah.

Pagi ini hanya sempat bertukar satu dua kalimat saat bertemu di depan kelas sebelum Gala menuju lapangan dan Fara masuk ke dalam kelas untuk mengikuti pembelajaran hari ini. Saat bel istirahat berbunyi pun Fara tidak menemukan Gala berada di kantin, justru saat bel masuk berbunyi dan Fara siap melangkah menuju lab komputer untuk bimbingan olimpiade informatika nanti, barulah Gala menunjukkan batang hidungnya bersama teman-teman satu paskibnya. Tidak sempat menegur saat itu karena arah mereka yang berlawanan, dia yang menuju pintu keluar dan Gala berbelok menuju kios mbak Ratih yang bakso acinya menjadi favorit seluruh sekolah. Di tempatnya berdiri Fara hanya bisa menatap Gala dalam diam, sebenarnya ingin sekali dia menghampiri laki-laki itu tapi keberadaan teman satu paskibnya membuatnya jadi berpikir dua kali. Hingga akhirnya Fara memutuskan untuk berlalu, mungkin nanti di jam istirahat kedua ada waktu yang lebih pas.

Namun ternyata justru dirinya yang tidak bisa lepas dari lab komputer di jam istirahat kedua tersebut. Ada lima lembar soal latihan yang harus ia kerjakan setelah puas mengutak-atik komputer dengan segala format didalamnya. Ketika keluar setelah menumpuk lembaran soal yang selesai Fara isi dengan jawaban, dia memutuskan langsung menuju kelas karena baru saja lewat grup kelas diberitahukan bahwa pada jam mata pelajaran selanjutnya-kimia, akan diadakan ulangan harian.

Pada waktu pulang pun begitu, Fara tidak bisa menemui Gala karena laki-laki itu sudah menuju lapangan indorr untuk melanjutkan pelatihan paskibnya bersama guru pembimbing. Akhirnya setelah menghembuskan napas panjang Fara berjalan mengekori langkah dua temannya menuju gerbang sekolah dengan mengetikkan pesan kepada Gala bahwa dia pulang lebih dulu.

Setelah menghasilkan dua centang abu-abu tanda bahwa chat darinya sudah terkirim Fara kembali mengantongi ponselnya.

"Gue duluan ya". Ucapnya kemudian menengahi dua temannya yang selesai tertawa entah menertawakan apa.

"Nggak sama Gala?".

"Dia latihan paskib". Hani mengerucutkan mulutnya dan Bila ikut manggut-manggut mendengar penjelasan Fara.

"Hati-hati, lo kerja nanti?". Fara mengangguk sebagai jawaban dan sebelum sungguh-sungguh melangkah meninggalkan kedua kawannya itu Fara sempat berkata.

"Don't miss me".

Yang sudah pasti dijawab "Ga bakal".

Dan ujungnya mereka melambai dengan kekehan tak penting. Di ujung jalan Fara menemukan angkutan umum yang kebetulan ngetem, maka dengan segera dia berjalan cepat kemudian menyamankan diri duduk di dalam angkot yang mulai terisi itu. Sisa perjalanan pulang ia habiskan dengan memperhatikan bagaimana jalanan Bogor ini padat oleh manusia-manusia dengan kesibukannya, sementara telinganya fokus mendengarkan dua ibu-ibu yang duduk di sebelahnya yang sedang asik bergosip tentang hal remeh temeh. Seperti harga cabai yang melonjak naik, kebutuhan rumah tangga yang tak ada habisnya, sekolah anak mereka yang kini memasuki era modern yang membuat ibunya kebingungan karena pembayaran yang dirubah menggunakan transfer dana, hingga membicarakan suami masing-masing yang selalu santai(padahal juga ikutan stres mikirin duit yang cepet habis) setiap kali mereka membicarakan keuangan rumah.

Dalam hening yang ramai tersebut Fara mengorek-orek ingatannya, mencari-cari peristiwa yang setidaknya lebih menyenangkan untuk diputar kembali dari pada mendengar tentang ekonomi sebuah keluarga yang nantinya pasti akan mengingatkan dirinya dengan ekonomi rumah yang serba pas-passan. Ketika matanya menatap sekilas ke arah pintu angkot yang terbuka pada pemberhentian lalu lintas yang kedua, dia menangkap sesosok laki-laki bertubuh tinggi menjulang dengan rambut khasnya yang berwarna hitam yang diselingi dengan warna putih dan tampilannya yang terlihat tampak lebih santai dengan t-shirt putih dan celana selutut coksu. Fara tertegun sejenak memperhatikan penampilan bosnya yang luar biasa berbeda saat bertemu di Kafe yang sering mengenakan kemeja atau kaos yang luarnya dikenakan jaket atau kemeja yang tak dikancing, atau mungkin hoodie, dengan celana jins panjang dan sepasang sepatu yang selalu kelihatan pas dengan ouitfitnya hari itu.

Euploea MidamusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang