Meskipun sudah tinggal di Bogor dalam jangka waktu yang lama Fara tidak bisa berbahasa sunda seperti temannya yang lain, karena keluarga Fara asli Jawa bukan sunda. Ayahnya asli Semarang yang kemudian merantau ke daerah Bogor. Awalnya mereka tinggal di daerah Bogor Timur tempat tinggal dengan bundanya, lalu saat bunda Fara meninggal ayahnya membawa Fara ke Semarang. Sejak kelas satu sekolah dasar hingga kelas tiga Fara dibesarkan neneknya. Ayah Fara kembali ke daerah Bogor hingga akhirnya bertemu dengan ibu barunya. Setelah ayahnya memutuskan untuk menikah lagi Fara kembali diboyong ke Bogor, di Sukabumi rumah ibunya berada.Sejak kelas empat SD sampai saat ini Fara menetap di sana. Sejak SMP Fara menyadari satu hal, mereka hanya orang biasa, hidup serba apa adanya berbeda dengan dulu saat ayahnya masih menjadi pegawai swasta dengan gaji yang lebih banyak, kini Fara berusaha untuk menyesuaikan diri dengan keadaan ekonomi yang tak lagi sama. Jika dulu setiap ulang tahunnya ada kue dan lilin, maka sekarang hanya ada ucapan dan janji hadiah yang lama kelamaan menjadi hanya sekedar ucapan selamat ulang tahun.
Tapi sungguh Fara tidak masalah dengan hal itu, dia hanya sekedar merindukan riuh nyanyian dan tepuk tangan yang kemudian dilanjutkan dengan tiup lilin dan memotong kue. Dia hanya rindu dengan masa kecilnya.
Di Sukabumi semuanya saudara sambung. Fara tidak mempunyai adik atau kakak kandung, dia anak tunggal. Di rumah ibunya ini dia tinggal hanya dengan ayah dan ibu, dulu juga sempat tinggal bersama kakek sambung namun dua tahun lalu kakek meninggal. Di kamarnya ini tidak ada barang istimewa, hanya ada tempat tidur tunggal dengan kasur yang sudah lapuk, meja kecil dengan laci bertumpuk tempatnya menyimpan buku, lalu di sebelahnya terdapat lemari yang hanya berisikan bajunya tiga petak, sisanya digunakan untuk menyimpan baju-baju kakeknya yang sudah tiada, kemudian di samping pintu ada meja belajar sekaligus tempat Fara menyimpan barang-barangnya dan beberapa make up.
Tidak ada foto bundanya. Fara tidak punya satu foto pun kecuali dalam galeri ponselnya. Mungkin ada, barang berharga yang Fara punyai di sini. Foto wisuda TK. Bukannya di pajang di dinding Fara meletakkan foto itu bersama dengan buku-buku. Itu dikarenakan dia enggan, dia enggan untuk menatap wajah-wajah yang kini asing, wajahnya saat kanak-kanak, Fara enggan sekali menyusuri masa kecilnya. Tetapi di saat-saat dirinya rindu pada bunda, maka Fara akan mengunjungi masa itu dengan ingatan yang terbatas. Jadi meskipun Fara tidak menyukai mengingat masa lalu, dia akan tetap membutuhkannya.
Fara lupa, siapa teman paling nakal di kelasnya dulu, siapa teman yang paling dia suka, siapa teman yang membuatnya merengut pada bundanya saat senam pagi karena barisannya di rebut, Fara lupa bagaimana reaksi bundanya saat itu karena yang hanya diingat nya hanyalah muka kesal miliknya sambil menunjuk anak di sampingnya.
Ingatan-ingatan itu berlubang, banyak sekali. Dan Fara ingin sekali melihat rekaman ingatan yang jauh lebih utuh, perasaan yang dirasakannya saat itu, pelukan bunda yang hangat, suara bunda, rasa sup sayur buatan bunda, bercanda dengan bunda, susu sapi asli yang baru di rebus. Fara rindu.
Fara rindu setengah mati.
Fara ingin membicarakan banyak hal dengan bundanya. Fara ingin seperti kakak sepupunya yang membicarakan soal cinta dengan ibunya, Fara ingin tahu pendapat bundanya soal apa yang kini dirasakannya. Fara ingin bertanya kenapa ini seperti ini, kenapa itu jadi seperti itu, kenapa semuanya berjalan tidak sesuai dengan prediksinya, kenapa kini rasanya menjadi sangat sulit, dan kenapa tidak satu pun pertanyaan itu terjawab.
Pulang dari toko pak Mansyur Fara langsung merebahkan dirinya di kamar. Sejak perjalanan pulang tadi pikirannya berkecamuk, tiba-tiba saja rasanya sangat rindu pada bunda. Memandang langit-langit kamarnya Fara seperti melihat potongan-potongan masa itu.
Ponselnya berdenting pelan membuat atensi Fara teralihkan mengambil ponselnya di atas meja.
Galaa
Udah pulang?
![](https://img.wattpad.com/cover/353187298-288-k950853.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Euploea Midamus
Fiksi RemajaSebuah buku yang diciptakan oleh Fara hanya untuk mengenang semua warna yang ada di hidupnya. Pertemanan, cinta, keluarga, dan diri sendiri. Sebuah buku yang baginya penuh luka tapi ternyata karena buku itu semuanya jadi terasa lebih ringan untuk Fa...