Hari kesekian setelah kejadian tegang di kantin antara Gala dengan Fara, komunikasi antara mereka yang sempat renggang kini membaik. Seperti yang sudah dijanjikan saat semalam mereka bertukar pesan, hari ini rencananya Fara akan menemani Gala latihan futsal di lapangan indor dekat rumah Gala.
Fara melewatkan jadwal jalan-jalan bareng Hani dan Bila demi menemani pujaan hati, dan juga melewatkan kegiatan rutinnya menggarap jahitan di toko pak Mansyur. Sebelum berangkat tentu ada cekcok antara dia dan ibunya, Fara meminta izin menemani temannya dan kebetulan hari minggu dijadikannya tambahan agar dia diizinkan keluar. Meskipun tak mudah akhirnya Fara bisa lolos menuju alamat Gala karena bantuan ayahnya yang memberi izin.
Dengan menaiki ojek Fara melesat menuju rumah Gala, dari perjanjian Fara harus ke rumah Gala terlebih dahulu untuk membangunkan cowok itu kalau-kalau dia masih tidur. Setelah dua puluh lima menit menempuh perjalanan Fara tiba di depan rumah yang sederhana tapi asri, begitu memasuki halaman rumah suasananya benar-benar sepi. Mungkin ini karena Gala yang tinggal sendiri di rumah karena dia tidak mau ikut dengan babehnya pindah ke rumah baru dengan keluarga baru. Menurut cerita Gala ini adalah rumah mereka dulu saat ibu Gala masih berada di sisinya, ini juga alasan kenapa Gala memilih untuk tetap tinggal di sini.
Gala di sini hanya dengan kakaknya yang bekerja di supermarket, sedangkan babeh sering ke sini dengan membawa makanan dan menghabiskan sebagian waktu sebelum atau sesudah mengajar setelah itu baru kembali ke rumah satunya.
Fara mengetuk pintu dan mengucap salam, beberapa detik masih belum ada respon dari tuan rumah Fara kembali mengetuk pintu. Untuk yang ketiga kalinya barulah suara gerendel kunci terdengar lalu pintu terbuka dan memperlihatkan seorang perempuan muda, cantik, dan wajah yang cemong entah kena apa.
"Cari siapa ya?". Fara jelas kikuk karena pasti perempuan yang berdiri di hadapannya ini adalah kakak Gala yang sering diceritakannya, Kak Gea.
"G-galanya ada kak?".
Terlihat kak Gea berpikir sebentar sebelum ber oh dengan heboh dan langsung membuka pintu rumah lebar-lebar menyuruh Fara masuk ke dalam.
"Kamu Fara ya? Iya ini pasti Fara semalem tuh Gala bilang kalau hari ini bakal latihan futsal di temenin ceweknya minta izin juga ke babeh ceunah anaknya semalem".
"Kok kak Gea tahu aku?".
"Ya iya jelas tahu, Gala teh kalo di rumah sering banget ngomongin kamu". Kak Gea tertawa renyah sedangkan Fara hanya bisa diam dengan raut wajah cengo kebingungan mencerna apa yang didengarnya.
Dengan gerakan yang grasak-grusuk kak Gea membawa Fara masuk, bagian dalam rumah terlihat berbagai macam foto yang digantung atau di letakkan di atas meja. Fara sempat memperhatikan sekilas figura besar yang ada di tengah ruang tamu yang berisikan 4 orang dengan satu anak laki-laki yang mungkin berumur empat atau lima tahun. Mungkin itu foto keluarga Gala yang diambil saat dia masih kecil.
"Gala masih tidur di kamar, kamu bangunin aja aku udah nyerah sama dia susah banget banguninnya!".
"Eh, tapi kak-".
"Udah ngapapa santai aja, lagian Gala yang nyuruh kalo kamu dateng suruh bangunin dia kalo dia belum bangun".
"Tapi serius kak, ini....ngapapa?". Raut wajah Fara kini tegang sedangkan kak Gea dengan santainya malah tertawa dan menggandeng Fara menuju kamar yang pintunya terdapat gambar Gojo dari anime Jujutsu Kaisen.
"Udah masuk aja, kalo tuh anak tetep ngak bangun siram aja pake air!".
Setelah mengatakan itu kak Gea langsung meninggalkan Fara sendirian di depan kamar Gala. Rasanya Fara benar-benar ingin pingsan saja, detak jantungnya pun kini berdetak kencang. Dua menit terasa lama sekali, Fara berusaha keras mengumpulkan keberaniannya dan pada menit ketiga Fara memantapkan niat mengetuk kamar cowok itu, dan di saat bersamaan pintu yang tertutup rapat kini terbuka menampilkan wajah bantal Gala dengan rambut acak-acakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Euploea Midamus
Ficção AdolescenteSebuah buku yang diciptakan oleh Fara hanya untuk mengenang semua warna yang ada di hidupnya. Pertemanan, cinta, keluarga, dan diri sendiri. Sebuah buku yang baginya penuh luka tapi ternyata karena buku itu semuanya jadi terasa lebih ringan untuk Fa...