"Can't I do anything at all to win an immortal soul?"
"No," her grandmother answered, "not unless a human being loved you so much that you meant more to him than his father and mother. If his every thought and his whole heart cleaved to you so that he would let a priest join his right hand to yours and would promise to be faithful here and throughout all eternity, then his soul would dwell in your body, and you would share in the happiness of mankind. He would give you a soul and yet keep his own."
⋆.ೃ࿔*:𓇼⋆.ೃ࿔*:⋆
⚠️TW: bab ini mengandung adegan kekerasan dan pemaksaan yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan dalam membaca ⚠️
⋆.ೃ࿔*:𓇼⋆.ೃ࿔*:⋆
Tangis yang Delja keluarkan tidak bersuara, tidak pula berair mata.
Pada sebuah batu karang, di sanalah dia duduk seorang diri. Ombak datang silih berganti, membawa irama yang sudah akrab di telinga Delja. Akan tetapi, hari ini suara tersebut teramat menyiksa. Ini akan menjadi kali terakhir dirinya berada sedekat ini dengan laut. Setelahnya, selama-lamanya dia akan terasingkan dari dunianya sendiri.
Betapa anehnya garis takdir, dapat mengubah segala sesuatu hanya dalam waktu singkat. Dari seseorang yang nyaris dinikahi pangeran, kini Delja tak lebih dari gadis desa sederhana yang dipungut dan dimanja oleh Pangeran Eryk, hanya untuk digantikan setelah pria itu menemukan gadis yang lebih cantik dan jelas lebih menguntungkan untuk dinikahi dibandingkan gadis bisu tanpa asal-usul jelas.
Apalah yang Delja harapkan? Seekor duyung berharap diterima di Dunia Atas? Apa yang dia miliki sekarang selain sehelai gaun putih pemberian pelayan istana dan sepasang kaki yang senantiasa terasa sakit ketika dipakai berjalan?
Delja menurunkan kaki ke air, merasakan kembali kesejukannya untuk terakhir kali sambil meredakan rasa pegal pada kakinya.
Sang Penyihir Laut telah menyampaikan dengan jelas. Bila dia gagal menikah dengan Eryk dalam waktu tiga putaran bulan, lebih lagi jika dia malah patah hati, maka Delja akan langsung hancur menjadi buih bila nekat menceburkan diri ke lautan ketika matahari terbit keesokan harinya. Bila dia masih punya tekad hidup pun, sihir transformasinya tidak akan pernah sempurna: suaranya tidak akan kembali dan setiap langkahnya akan senantiasa terasa seperti diiris belati.
Bagaikan pedang bermata dua yang kedua ujungnya sama-sama buruk, beginilah hidupnya sekarang. Seorang manusia bisu yang kesulitan berjalan; seekor duyung yang tidak dapat kembali ke lautan.
Delja tahu ada sesuatu yang tidak lengkap ketika dia menangis lebih keras. Teriakan itu seolah tertahan dalam lubuk hatinya, tak peduli sebesar apa usaha Delja mencoba mengeluarkannya. Matanya begitu sakit tapi dia tidak merasakan apa pun keluar dari sana selayaknya manusia normal.
Bodoh, Delja mengutuk diri sendiri. Bodoh, bodoh, bodoh!
"Delja."
Kepala Delja terangkat sewaktu mendengar namanya disebut. Lima sosok yang tidak asing telah menempatkan diri sedekat mungkin dengan karang yang didudukinya.
Selama menjalani kehidupan di dunia manusia, Delja memang kerap dikunjungi oleh kelima saudarinya. Walau sihir yang menyelimuti Delja membuat mereka tidak lagi memahami bahasa satu sama lain, tetap saja Delja senantiasa menerima kunjungan itu dengan sukacita. Dengan percaya diri, dia memperlihatkan betapa bahagia dirinya di daratan, terlalu polos untuk memikirkan akhir yang berbeda bagi nasibnya.
Seakan semua itu tidak cukup buruk, kini hati Delja serasa kian diremas ketika melihat rambut indah kelima kakaknya telah dipangkas habis.
Sesuatu dalam diri Delja mengatakan ada yang telah terjadi. Maka tanpa berlama-lama lagi dia turun dari batu karang dan berjalan ke laut hingga setengah betisnya terbenam dalam air, lalu jatuh tersungkur dan memeluk sang kakak sulung, Nerissa, begitu erat. Tidak butuh waktu lama bagi keempat kakak lainnya untuk mendekatkan diri ke Delja, membalas pelukan itu dengan kasih sayang yang Delja rindukan.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Heart for A Heart
FantasíaDelja mengorbankan segala sesuatu untuk pria itu. Pada akhirnya yang didapatkan hanyalah hati yang patah. | • | Ketika Delja, seorang putri duyung, jatuh cinta kepada manusia, dia mengorbankan banyak hal demi mewujudkan angan-angan cinta sejati. Naa...