Part 9

3.5K 211 54
                                    

Haii!

Aku ngga tau mau ngomong apa

Tapi, aku berterima kasih buat kalian yang setia sama cerita Kinbell. Bahkan kalian mulai baca dari cerita Bellila dulu baru kesini. Kek aku seneng bangettt

Aku sayang banget sama pembaca Kinbell ❤️❤️❤️❤️❤️

Pokoknya jangan bosen-bosen buat ingetin aku kalau ada kalimat atau informasi yang salah dari cerita ini. Biar aku koreksi dan perbaiki kesalahan tersebut.

Jangan lupa buat vote dan komen serta Follow ig dan wp
@nsall_
@wattpad.nsall

Wajib!!

Happy reading 💖

▪︎▪︎▪︎

Kino menatap awan yang semakin lama semakin menghitam. Mungkin beberapa menit kedepan awan akan menurunkan rintikan air hujan, pikiran Kino kosong seketika. Namun ada sesuatu yang membuatnya merasa resah, entah apa, Kino tidak mengerti.

Suara petir yang menggelegar berhasil menyadarkan Kino. Seketika pria itu langsung bangkit dan berlari menuju motor hitam, kini tujuannya untuk menemui Bellila. Kino sadar bahwa perasaannya yang resah karena dia mengkhawatirkan Bellila, hujan dan suara petir yang gemuruh akan memicu fobia Bellila muncul. Gadis itu pasti akan ketakutan dan menangis.

"Sialan!" suara gemuruh petir kian semakin kencang. Kino langsung menancap gas dengan kecepatan tinggi. Dia tidak akan sepanik ini, jika Bellila berada di rumah karena banyak kakak laki-laki yang selalu berada di sekeliling gadis itu. Tapi hari ini, Bellila masih berada di lingkungan sekolah, gadis itu pasti sedang ketakutan.

Sesampainya di parkiran sekolah, Kino langsung berlari menuju kelas Bellila. Langkahnya berbarengan dengan suara hujan yang semakin besar, sialnya kenapa kelas Bellila berada di lantai empat. Kino memilih menaiki tangga agar meminimalisir waktu agar cepat sampai di kelas Bellila.

Tidak butuh waktu lama, Kino mendorong pintu kelas Bellila dengan kasar. Jantungnya berdetak cepat dengan paru-paru yang memompa cepat karena nafas yang memburu.

Kino menatap sekeliling ruangan kelas yang sepi, namun suara isak tangis dari balik deretan bangku paling belakang membuat Kino melangkah cepat. Langkah kakinya semakin mendekat ke sumber suara, Kino bisa melihat sebuah punggu perempuan terlihat bergetar seraya meringkuk menutupi kedua telinga dengan kedua tangannya.

"Bibel"

Tubuh perempuan itu terlihat menegang dan dengan cepat berbalik ke arahnya. Tatapannya terlihat terkejut, tapi bukan itu yang menjadi fokus Kino, melainkan kedua mata yang memerah dan sorot mata yang terlihat ketakutan begitu besar.

"Ka—kakak?"

Kino mendekat dan memeluk Bellila yang masih terduduk di lantai "Aku disini, jangan takut. Memejamkan mata dan peluk aku yang erat, sayang" bisik Kino seraya mengelus punggung Bellila yang kembali bergetar.

Pikiran Bellila seketika terasa kosong, aku kembali berhalusinasi? Pikir Bellila. Suara petir membuat pelukan Bellila semakin mengerat, jika pun dia berhalusinasi kembali. Kali ini Bellila merasa senang, ia bisa kembali menatap wajah Kino yang terlihat nyata. Pelukannya bahkan terasa hangat dari halusinasi sebelum-sebelumnya.

KINBELLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang