Part 14

1.6K 119 15
                                    

Hai semua 👋

Apa kabar kalian?

Huftt cerita ini bener-bener bertumpuk sampai berdebu dan bahkan sampai aku lupa alur ceritanya gimana.

Langsung aja

Semoga kalian masih mau menunggu dan masih enjoy bacanya

Jangan lupa vote dan komen

Follow ig
@nsall_
@wattpad.nsall

Happy reading 💕

▪︎▪︎▪︎

Erland baru saja tiba di mansion, saat membuka pintu kamar, dia sudah disuguhkan dengan pemandangan Diajeng yang duduk diatas kasur seraya tersenyum lembut. Seketika semua rasa lelah dan beban yang begitu menumpuk di pundaknya menghilang ketika melihat senyum manis Diajeng.

"Kenapa nungguin aku?" tanya Erland seraya memeluk erat sang istri, menempatkan kepalanya di pundak Diajeng seraya mengecup leher jenjang yang begitu harum.

"Aku khawatir, nggak biasanya kamu pulang larut malam." Tangan Ajeng setia mengusap surai hitam Erland dengan lembut, intonasi nadanya bahkan tidak berubah, suaranya benar-benar membuat Erland merasa sangat tenang dan hangat.

"Aku nunggu Bellila tidur,"

"Kenapa harus nunggu Belli tidur, baru pulang? padahal adik kamu nunggu kamu banget tadi meja makan, dia nggak berhenti nanyain kamu dan Oscar." Diajeng melepas pelukannya, kini tangganya bertengger di pipi Erland, seraya menatap matanya dengan tatapan teduhnya.

"Er, nggak semua masalah jalan keluarnya dengan cara menghindar. Terkadang kamu harus hadapi agar masalahnya tidak berlarut-larut, meskipun saat kamu hadapi masalahnya belum tentu selesai, tapi setidaknya kamu sudah berani menghadapi bagaimanapun masalah dan rintangannya,"

"Kamu loh yang selalu cerita ke aku bahwa adik kamu itu sangat kuat, kamu yang selalu cerita ini itu tentang Belilla ke aku. Sampai akhirnya aku sendiri yang melihat bagaimana Belilla dengan sudut pandang aku, aku lihat bagaimana dia dengan teguh dan dengan berani mengaku salah. Dia yang nggak lari dari masalah, dia dengan berani ingin bicara sama kamu dan kakak-kakaknya untuk menyelesaikan masalah. Lantas kenapa kamu yang malah lari dan menghindar? padahal secara umur harusnya kamu yang paling dewasa,"

"Er, dekat sama orang bukan suatu kesalahan, bahkan dekat dengan laki-laki sekalipun. Aku tahu kamu dan semua keluarga kamu takut kalau terjadi sesuatu sama Bellila, tapi dengan dia bisa bersosialisasi, dengan banyak kejadian yang ada di hidupnya, menjadi salah satu cara dia untuk bisa bertahan hidup, cara Bellila untuk bisa belajar dari pengalaman, untuk dia bisa jauh lebih baik kedepannya. Yang buruk adalah ketika kamu dan semua keluarga kamu terlalu mengekang Bellila untuk berteman, untuk bersosialisasi, karena dengan begitu mental Bellila yang akan rusak. Aku tahu Bellila juga punya trauma, tapi ngga ada salahnya membiarkan Bellila berteman dengan teman yang menurut dia baik dan aman, selagi Bellila nyaman why not?. Kesalahan kemarin pun bukan sepenuhnya salah Belilla kan?"

Mendengar pengertian dari Diajeng, membuat Erland tidak kuasa menahan air mata hingga dia kembali memeluk sang istri. "Aku cuman takut, aku khawatir, saat denger Bellila ngga ada di sekolah, aku panik. Aku marah sama diri aku sendiri, aku marah karena belum jadi kakak yang baik buat Bellila,"

"Kamu sudah berusaha jadi kakak yang baik Er, dengan masih ada perasaan takut, khawatir, panik, itu sudah menunjukkan bahwa kamu masih peduli, sayang, dan cinta sama adik kamu. Kesalahan yang pernah kamu lakukan, jangan kamu bawa kembali dan malah membuat semuanya runyam. Cukup jadi pembelajaran, yang semoga kedepannya ngga kembali terulang." Diajeng mengecup pipi Erland dengan penuh kasih sayang.

KINBELLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang