[Sekolah, Kelas]
Bel berbunyi menandakan pelajaran berakhir menarik atensi seluruh siswa hingga berlalu cepat ke luar kelas tanpa menunggu guru menyelesaikan perkataannya.
Rasanya menjadi siswa sekolah menengah atas tidak mencerminkan bagaimana untuk bersikap karena selalu saja bertindak sesukanya. Siwa yang mentaati aturan hanya dapat terhitung oleh jari.
Guru pun mengikuti siswa ke luar kelas menyisakan dua orang terdiam di bangku masing-masing. Kini suasana yang awalnya ramai menjadi hanya terdengar detikkan jarum jam dinding.
"Manusia yang memiliki kekuasaan sangat mudah untuk melakukan kepentingan pribadi. Menindas orang kecil merasa dirinya paling hebat dan merasa mampu menguasai dunia."
Perkataan yang seperti ditujukan untuknya menciptakan dentuman meja terbalik akibat amarah. Perlahan kaki melangkah pada si yang bersuara lantang tetapi tenang itu dibarengi kedua tangan mengepal di kedua sisi tubuh. Jangan lupakan juga dengan tatapan tajam menelisiknya.
"Quotes dari Anonim."
Kepalan tangan perlahan melemah, langkahnya menjadi kaku, dan memalingkan tatapan ke sembarang arah.
"Oh? Ketua?" Selesai membaca buku, Jungkook langsung membalikkan badan ketika merasa ada seseorang berdiri di baliknya.
Ketua kelas itu memang lebih suka dipanggil 'Ketua' dibanding namanya sendiri karena untuk menunjukkan title nya dan agar lebih disegani.
"Buku apa yang sedang kau baca itu?" Ketua memperhatikan teliti dengan buku sialan yang membuatnya salah paham.
Jungkook bangkit dari bangkunya sambil memegang buku tadi. "Tidak tahu. Buku polos berwarna merah darah ini tidak memiliki judul dan entah siapa penulisnya."
Dalam tatapan Ketua tidak ada tulisan kata di buku itu, hanya lembaran tebal dengan bahan sedikit usang. Menurutnya, Jungkook itu memang aneh dari dulu.
"Mau pinjam?" Buku itu sekarang berada di hadapan Ketua. Dengan tangan terulur semangat, Jungkook menyerahkannya sambil memberi senyuman hangat.
Senyuman itu membuat Ketua merasa bersalah. Bekas luka di sekitaran sudut bibir Jungkook masih belum hilang meski sudah lama dari saat ia meninjunya. Bahkan jejak cakarannya di leher dan pipi mungkin akan menjadi tato abadi pada tubuh Jungkook.
Meraih kasar buku itu, tetapi malah terjatuh ke lantai tidak dapat tersentuh. Apa ini? Mana mungkin jika sekarang ia sudah tiada?
Menyentuh meja dan kursi di sekelilingnya masih bisa, tetapi buku tadi yang sekarang pada lantai tidak dapat digenggamnya malah menembus telapak tangan.
Dengan kepala yang menunduk memperhatikan buku, telinganya mendengar kekehan Jungkook. "Benda saja tahu mana orang yang pantas untuk menyentuhnya dan mana yang tidak. Sebaiknya cuci terlebih dahulu tangan kotormu itu."
Sialan. Siswa culun, lemah, dan hanya bisa menangis itu sekarang membalas dendam tanpa menyentuh. Luka pada tubuh tidak akan terasa sakit meski meninggalkan bekas, tetapi luka pada hati meski tidak nampak terasa begitu sakitnya.
"Jeon Jungkook." Suara Ketua begitu dalam dan datar mengumpulkan seluruh energi untuk meluapkan emosi.
Namun, ketika kepala mendongak nyalinya entah hilang ke mana melihat Jungkook seperti bukan Jungkook yang dikenalnya. Tatapan mata yang selalu membola kini terasah setajam pisau. Aura hangatnya membeku menjadi sedingin Antartika. Tidak tahu tindakan selanjutnya akan seperti apa dengan pipet volumetrik pada tangan kanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WELCOME! || RED BOOK - END ✔️
Misterio / SuspensoBagaimana rasanya masuk ke dalam dunia lain dan menjalani kehidupan di dua alam berbeda? Berawal dari sebuah buku lama yang Jeon Jungkook temukan di perpustakaan sekolah. Buku yang bukan sembarang buku, berisikan perintah dari seseorang yang kehidup...