💍 | 01. TEROR ZIDAN

478 46 2
                                    

Instagram : vi_borneogirl
Tiktok : vi.borneogirl
Twitter : vi_borneogirl

Kalo ada typo, mohon ditandai ya 🙏🏻• • • • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalo ada typo, mohon ditandai ya 🙏🏻
• • • • •

Di ruang kerjanya, Caca sedang sibuk menandatangani berkas penting yang menumpuk di meja. Sesekali ia menggaruk pelipis secara spontan, ketika sedang membaca isi setiap berkas, sebelum ditandatangani.

Mungkin dulu Caca keberatan menjabat sebagai CEO di perusahaan sang Papa, namun kini ia sudah terbiasa, bahkan merasa nyaman dengan kesibukannya sekarang. Ia juga cukup bertanggung jawab dan profesional, meskipun terkadang masih suka mengeluh seperti anak kecil.

Ting..

Suara notifikasi dari ponselnya yang tergeletak di atas meja, terdengar untuk yang kesekian kali. Seolah tidak terganggu, Caca masih fokus pada berkas-berkasnya, terkesan tidak perduli dengan isi pesan yang baru saja masuk.

Setelah selesai menandatangani semuanya, barulah Caca bisa bersandar dengan santai, sembari meregangkan otot-ototnya. Kemudian ia melirik jam tangan bundar di pergelangan tangan kirinya, di mana sudah menunjukkan pukul 11:55, yang artinya sebentar lagi akan masuk jam makan siang.

Caca menghela nafas sembari meraih ponselnya. Baru saja layarnya menyala, ia sudah disuguhi notifikasi pesan whatsapp dari kontak bernama 'Zidan Teroris'.

Zidan Teroris

Kakek Nenek saling menuntun,
Berpegangan tangan agar tidak terpisah.
Kalau kamu ingin dituntun,
Ayo kita menikah.

Caca sempat terperangah membaca isi pesan Zidan yang tampaknya berupa pantun, hingga akhirnya ia menghela nafas panjang. Seperti nama kontak yang Caca berikan, ia benar-benar merasa jika Zidan sudah seperti teroris, teroris yang terus-menerus mengajaknya menikah.

"Kurang kerjaan banget sih!" celetuk Caca sembari mematikan layar ponselnya, tanpa berniat membalas pesan Zidan.

Caca kembali terdiam untuk beberapa saat, hingga akhirnya ia memutuskan untuk ke kantin kantor. Sembari membawa tumpukan berkas tadi, ia berjalan menuju meja sekretaris-nya yang terletak di dekat pintu ruangannya, untuk menyerahkan berkas-berkas itu.

"File yang saya minta tadi, sudah selesai?" tanya Caca pada sekretaris-nya.

Ayu, perempuan yang tampak seusia Caca, yang tidak lain merupakan sekretaris Caca menjawab, "Belum, Bu. Maaf, tadi ada sedikit kesalahan, secepatnya akan saya serahkan pada Ibu."

Meskipun sama-sama masih muda, namun karena jabatan Caca sebagai CEO di perusahaan itu, mau tidak mau ia harus terima dipanggil Ibu oleh para karyawannya. Lagipula, hal seperti itu sudah biasa dalam dunia kerja, terutama di perusahaan.

Caca sontak mengangguk maklum, pekerjaan Ayu memang cukup banyak hari ini. "Nanti kirimkan ke email saya saja, saya mau ke kantin dulu."

Ayu mengangguk sembari sedikit membungkuk hormat. "Baik, Bu."

Ayo Nikah!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang