10. Luka

22 2 11
                                    

"Denger, Papa gue ga ada hubungannya sama Yeonjun. Jadi berhenti ngaitin-"

"Ga ada hubungannya?" Hueningkai memotong omongan Jessie. "Selain bikin Yeonjun koma, Papa lo juga udah bikin dia jadi yatim piatu!"

Hening.

"Hah?" Mata Jessie berkaca-kaca. Jatungnya serasa berhenti berdetak saking terkejutnya.

"Perlu gue perjelas?" Hueningkai kembali mengikis jaraknya dengan Jessie. "Pasangan suami istri yang udah dibunuh Papa lo itu orang tua Yeonjun."

Kaki Jessie tiba-tiba tremor. Ia hampir saja jatuh ke lantai jika Vio tidak segera menopang tubuhnya.

"Jes, tenangin diri lo." Vio membawa Jessie untuk duduk di kursi besi yang sudah disediakan rumah sakit.

"O-orang tua...." Jessie memegangi kepalanya yang terasa pusing. "Yeonjun?"

Jessie melirik Hueningkai yang masih berdiri tegap dengan tatapan tajam yang mengarah langsung kepadanya. Perlahan, mata Jessie mulai memburam, tubuhnya semakin melemas, dan akhirnya mata sayu itu terpejam.

Jessie pingsan.

***

"Eungh?" lenguh Jessie perlahan bangun dari tidurnya. Ia menatap ke seluruh ruangan dengan raut wajah bingung.

"Vi?" panggilnya. Menyadari tidak ada keberadaan Vio, Jessie pun turun dari brankar rumah sakit.

Yap, dia dibawa ke ruang P3K.

Jessie akhirnya keluar. Dia memilih untuk duduk di taman rumah sakit, mencoba merasakan hembusan angin yang menerpa di sore menjelang malam ini.

"Jadi Papa ngebunuh orang tua Yeonjun?" batin Jessie memejamkan matanya. Ia menyalakan ponsel, jam menunjukkan pukul 05.40 PM.

Jessie menunduk, membiarkan air matanya jatuh untuk meredakan rasa kecewa yang sangat besar di dalam hatinya.

Ting!

Ponsel Jessie bergetar untuk sesaat.

Tidak berniat untuk membalas apalagi membukanya, Jessie kembali mematikan ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak berniat untuk membalas apalagi membukanya, Jessie kembali mematikan ponselnya.

Dia menutup mulut rapat-rapat agar tangisannya tidak mengeluarkan suara sehingga bahunya naik turun.

Tanpa sadar, sepasang mata terus menatapnya dari kejauhan.

***

Vio berdecak. "Udah sok seleb, gamon, tai lagi," umpatnya kesal karena Jessie tidak membalas pesannya.

Gadis itu baru saja dari toilet. Entahlah perutnya mules, apalagi setelah mengetahui bahwa orang yang telah dibunuh Sangmin adalah orang tua Yeonjun.

"Vio?"

Vio yang tadinya tengah duduk di kursi besi itu sontak berdiri ketika mengetahui kedatangan Baek Minjung, Mamanya.

Plak!

Taruhan; Rasa yang RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang