24. Masalah Seorang Anak TK

14 2 12
                                    

Jessie terbangun dari tidurnya. Ia menatap keadaan rumah Yeonjun yang ternyata sudah terang. Tak melihat keberadaan sang pemilik rumah, Jessie berniat pergi ke dapur untuk meminta minum sekalian mencarinya.

Langkah Jessie mendadak berhenti di ambang pintu dapue saat tak sengaja mendengar suara isakan.

Karena penasaran, Jessie mengecek ke dalam dapur dan menemukan Yeonjun di sana. Cowok itu sepertinya tengah menangis di dekat wastafel.

"Yeonjun nangis? Samperin ga ya?" batin Jessie penasaran.

Karena tak mau mengganggu Yeonjun, gadis itu memilih untuk kembali ke ruang tamu.

Di lain sisi Yeonjun mencuci telapak tangan kanannya yang tergores pisau hingga mengeluaran darah yang cukup banyak. Tadi, cowok itu berniat mengupaskan apel untuk Jessie, namun saat menyadari bahwa yang dilakukannya hanya karena mengingat Alyn yang sangat menyukai apel, Yeonjun tak sengaja menggores telapak tangannya.

Yeonjun merutuki kebodohannya sendiri. Mau sampai kapan dirinya harus terperangkap dalam masa lalu?

Yeonjun lelah. Semenjak mengenal Jessie, Yeonjun merasa jiwa Alyn hidup di dalam tubuh gadis itu. Tangisannya tak sengaja keluar karena merasa dirinya sendiri gila.

Rasa bersalah, menyesal, marah, semuanya tercampur aduk di dalam hati dan pikiran Yeonjun. Mungkin itulah yang membuat dirinya terus menerus melihat sosok Alyn.

Yeonjun sendiri sebenarnya tidak menyangka jika Taehyun adalah orang yang telah membuat Alyn hamil. Karena yang Yeonjun kenal, Taehyun bukanlah orang yang mudah terpancing dengan nafsu birahinya.

Setelah cukup tenang, Yeonjun membasuh mukanya lalu beranjak menuju ruang tamu. Melihat Jessie yang ternyata sudah bangun, Yeonjun pun mengambil kunci motornya.

"Ayo, gue anter pulang."

Jessie terkejut melihat kedatangan Yeonjun. Wajah yang datar, namun mata yang lirih, cowok itu tak bisa menipu Jessie.

"Gue bisa pulang sendiri. Makasih ya, sorry ngerepoti," tolak Jessie.

Yeonjun mengusap hidungnya. "Udah mau jam enam sore, rumah gue jauh dari rumah lo."

"Kan gue naik bus."

"Gue yang bawa lo ke sini. Jadi gue juga yang harus anter lo pulang." Yeonjun mengambil ransel Jessie kemudian menarik tangan sang empu.

Baru saja membuka pintu, Yeonjun dikejutkan dengan kedatangan Pak Haeso, seorang Kepala Desa di desa Batu, tempat tinggal orang tuanya saat masih hidup.

...

Yeonjun meletakkan sabotol air putih di atas meja lalu duduk di samping Jessie yang berhadapan dengan Pak Haeso.

"Maaf ya Nak Yeonjun atas kedatangan saya. Tadi udah mau ke sini tapi gara-gara hujan jadi saya berteduh, mau balik juga nanggung," ucap Pak Haeso tersenyum kikuk.

Yeonjun hanya mengangguk sopan menanggapinya. "Ada apa, Pak?"

"Begini, saya ke sini sendiri karena mau bicara secara empat mata dengan Nak Yeonjun mengenai masalah warisan Pak Myungsik dan Ibu Songhwa. Ee, sebelumnya ini siapa, ya?" Pak Haeso menatap Jessie curiga. Terlebih yang beliau tau, Yeonjun itu tinggal sendiri.

Yeonjun melirik Jessie sekilas. "Sepupu saya. Dia mampir karena mendengar orang tua saya wafat."

"Anjir," batin Jessie karena tak menyangka jika Yeonjun akan berbohong mengenai dirinya.

"Oh begitu..." Pak Haeso tersenyum. "Nak Yeonjun, kamu sudah tau 'kan kalo sertifikat rumah milik orang tuamu diwariskan ke kamu?"

Yeonjun mengangguk.

Taruhan; Rasa yang RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang