04

1.3K 188 3
                                    

Setelah pertemuan pertama yang terjadi di antara Jennie dan Limario sebagai rekan bisnis, keduanya tidak lagi bertemu untuk beberapa saat waktu. Hal ini membuat Jennie di setiap harinya semakin merasa tidak tenang, rasanya ia ingin sekali menghubungi Limario dan bertemu dengannya untuk menyelesaikan masalah mereka di masa lalu. Tapi bagaimana mungkin itu bisa terjadi? Nomor ponselnya saja ia tidak punya.

Sekalipun keduanya terlibat dalam project yang sama, akan tetapi segala sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan, baik Jennie maupun Limario, mereka hanya menerima laporan dari sekertarisnya masing-masing.

Selain itu, Limario memberitahu Karina perihal rencana ayahnya yang ingin menjodohkannya pada seorang wanita yang sama sekali tidak ia kenali. Karina hanya tertawa mendengar hal itu, namun setelahnya, ia justru terdiam dan dibuat pusing tujuh keliling.

Bagaimana tidak? Limario memintanya untuk bertingkah seolah mereka sedang melakukan pendekatan satu sama lain ketika di hadapan ayahnya. Alhasil, mau tidak mau, Karina hanya bisa pasrah dan menyetujui sandiwara itu.

Dan semenjak saat itulah, Limario jadi lebih sering menggoda Karina. Entah mengapa Lim merasa senang ketika berhasil membuat Karina panik dan salah tingkah karena ulahnya.

Seperti yang terjadi pagi ini,

Tok tok tok!
Ceklek!

"Lim, apa kau sudah membaca dokumen yang aku berikan kemarin?" tanya Karina sambil berjalan memasuki ruang kerja Lim.

Lim menghentikan aktivitasnya sejenak dan langsung menatap ke arah Karina.

"Wow, kau cantik sekali pagi ini" puji Lim takjub melihat penampilan Karina.

"Haishhh, sudahlah, ini bukan waktu yang tepat untuk bermain-main, kita harus segera pergi. Ingat, kita memiliki jadwal meeting di kantor nona Ruby pagi ini" Karina mencari alasan.

"Bukankah ini masih jam 8? Ku pikir kita masih ada waktu satu jam untuk...." Lim berjalan menghampiri Karina.

"Lim, tolong jangan aneh-aneh!" Karina mulai curiga dengan gerak gerik Lim.

Lim terus mendekatinya tanpa memutus pandangannya.

"Lim, a..apa, y...yang ka...kau lakukan?" Karina mendadak gugup.

"Tidak ada" jawab Lim santai.

"Limmm, ku mohon jangan seperti ini, aku malu jika dilihat sedekat ini" rengek Karina yang kini mendadak salting ditatap lekat-lekat oleh Lim.

"Malu? Malu kenapa?" Lim tiba-tiba serius.

"Apa kau lupa dengan perjanjian kita? Kau bilang kita hanya perlu berpura-pura saling menggoda ketika di depan ayahmu saja. Tapi kenapa akhir-akhir ini kau terus-menerus menggodaku?" protes Karina.

"Aku berubah pikiran" ucap Lim seenaknya.

"Hah? Ma...maksudmu?" Karina bingung.

"Bagaimana jika aku benar-benar menyukaimu dan ingin menjalin hubungan lebih dari sekedar sandiwara yang sedang kita lakukan?" tanya Lim serius.

"Ka...kau sedang be...bercanda kan?" Karina memastikan.

"Bagaimana jika tidak?" Lim semakin mendekatkan wajahnya ke arah Karina.

"Li...lim, mundur" Karina mendorong pelan tubuh Lim, namun Lim tetap saja berani mendekat.

Karina segera menutup matanya ketika ia melihat bibir Lim semakin mendekat dan mulai mengikis jarak antara bibir mereka.

Namun beberapa detik kemudian, Karina merasakan ada sesuatu yang aneh. Ia buru-buru membuka matanya, dan benar saja, Lim lagi-lagi hanya mengerjainya.

Bahkan dengan tanpa berdosanya, Lim terlihat sudah kembali duduk di meja kerja sambil fokus mengerjakan sesuatu di laptopnya.

ME & YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang