Sebuah Jawaban

2 2 0
                                    

“Kak..boleh aku tanya sesuatu?” Ucap Aminah ragu.

“Iya, boleh. Mau tahu tentang apa?” Jawab Wildan tanpa menoleh sedikitpun ke arah Aminah. Ia masih sibuk dengan lembaran kertas di tangannya yang sesekali menjadi berhamburan karena diterpa angin pantai.

Aminah yang melihat itu menjadi diam dengan tatapan malas. Melihat Wildan yang terlalu sibuk itu membuat Aminah mengurungkan niatnya untuk bertanya.
Wildan yang merasa tidak mendengar pertanyaan apapun langsung menoleh.

“Tadi katanya mau nanya.” Ucap Wildan.

“Enggak jadi, soalnya kakak pasti lagi sibuk. Nanti aja deh.” Ucap Aminah dengan tersenyum.

“Mau bahas Aina?” Tanya Wildan seolah tahu apa yang ada di pikiran Aminah.

Aminah melirik sedikit ke arah Wildan, sedetik kemudian ia mengangguk pelan.

“Aina itu temanku, dia orang baik.” Jawab Wildan meyakinkan.

“Satu tahun yang lalu dia bilang kalau dia suka sama aku. Tapi aku tidak pernah menganggapnya lebih, tapi sampai sekarang Aina masih berharap penolakanku satu tahun yang lalu bisa berubah. Singkatnya ya seperti itu.” Tambah Wildan setelah Aminah tidak merespon apapun setelah ia mengucapkan kalimat sebelumnya.

Aminah tetap diam dan tidak merespon apapun. Entah kenapa ia merasa perasaannya jadi tidak enak.

“Oh iya, Dik. Untuk yang kemarin aku minta maaf, ya.” Ucap Wildan membuat Aminah mengerutkan kening.

“Yang kemarin yang mana maksudnya, Kak?” Tanya Aminah tak mengerti.

“Waktu aku bilang kalau aku suka kamu, Dik.” Jawabnya tanpa basa-basi.

Blushhh.. pipi Aminah bersemu merah karena malu. Ia kemudian mengalihkan pandangan dengan menatap lurus ke depan menghadap pantai, membiarkan Wildan menatapnya dari samping.

“Aku serius, Dik. Aku suka sama kamu.” Ulang Wildan sekali lagi.

Aminah hanya tersenyum mendengarnya. Ia kaget karena terlampau tiba-tiba. Bagaimana mungkin orang yang dulu membuatnya kagum setengah mati bisa berbalik menjadi orang yang suka padanya.

“Terus mau apa?” Tanya Aminah setengah tertawa.

“Gimana, ya? Aku gak mau ngajak kamu pacaran. Aku cuman mau kamu tahu perasaan aku. Itu aja, kok.” Ucap Wildan dengan lebih keras seakan bersaing dengan deburan ombak di hari yang sudah menjelang siang itu.

Aminah tertawa lepas sekali merutuki nasibnya yang terlampau lawak. Bisa-bisanya Tuhan menakdirkannya bertemu dengan manusia aneh seperti ini. Tapi di sisi lain ia juga menertawai dirinya sendiri yang sedari tadi sudah kegeeran karena akan menjadi pacar idol satu sekolah, nyatanya pupus.

Wildan juga sedikit terperanjat melihat reaksi Aminah yang diluar ekspektasinya. Ia melihat Aminah yang tertawa dengan membawa beban, nampak sekali bahwa tawanya tidak tulus.

“Aminah, percaya padaku. Allah telah mempertemukan kita dengan begitu apik. Ke depannya juga begitu, Allah akan menyatukan kita dengan cara yang baik. Tidak pantas bagi kita untuk menodai cinta dari Allah dengan cara pacaran.” Ucap Wildan meyakinkan.

“Dengar, kita akan dipertemukan dengan insan terbaik di waktu terbaik.” Sambungnya.

Aminah hanya diam. Perkataan Wildan memang selalu benar. Ia juga kembali teringat perkataan Ustadzah Risa saat kajian beberapa waktu yang lalu.

“Anak-anakku.. cinta itu tidak harus disalurkan lewat pacaran. Cinta itu adalah fitrah, dan karena cinta lah keberlangsungan hidup manusia bisa terjaga. Namun sekarang banyak orang beranggapan bahwa pacaran itu boleh-boleh saja, asalkan tetap bisa menjaga diri. Anak-anakku, pernyataan seperti itu sungguh tidak benar. Itu sama saja dengan ungkapan ‘mandi boleh, asal jangan sampai basah’. Benar, ‘kan?”

“Dengar anak-anakku, pacaran itu mempengaruhi kecintaan kita kepada Allah. Setiap orang yang sedang di mabuk cinta dengan penyaluran yang salah akan semakin menjauhkannya dari Allah. Banyak dari remaja yang jatuh cinta lebih sering mengingat pujaan hatinya daripada mengingat Allah. Hatinya dipenuhi oleh sang pujaan, hingga Allah dilupakan.tidak ada obat yang paling ampuh untuk orang yang sedang jatuh cinta selain menikah.  Jadi untuk kalian yang sedang masanya jatuh cinta, masanya mengagumi lawan jenis, tapi belum mampu untuk menikah. Sebaiknya perbanyak kegiatan positif, sibukkan diri dengan aktivitas keagamaan yang akan membuat kalian tidak punya banyak waktu untuk memikirkan laki-laki yang kalian kagumi itu. dan kalau bisa, cobalah berpuasa, karena itu juga merupakan salah satu alternatif yang sudah diperintahkan.”

“Orang yang pacaran itu, hatinya lalai.”

Aminah menoleh lagi ke arah Wildan.

“Aminah percaya, Kak.” Ucapnya mantap.

***

Insan Terbaik di Waktu TerbaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang