Aminah kini duduk di bangku kayu yang dua minggu ini jadi tempat favoritnya. Menikmati hari dari atas ketinggian membuat Aminah sangat suka berdiam diri disana, terlebih di pagi hari seperti ini.
Aminah duduk bersila di atas bangku itu. ini hari terakhir yang bisa ia nikmati di desa Jaya. Berkali-kali ia menghirup napas dalam-dalam.
Pepohonan tinggi dengan burung yang bernyanyi bahagia, para petani yang selalu ia temui setiap pagi dengan senyum ceria, hingga anak-anak desa yang selalu hadir dengan penuh tawa, semua itu tidak akan ia lihat lagi besok. Misi ini sudah berakhir.
Kemarin mereka juga sudah berkeliling dan mengecek kembali semua tugas mereka. Renovasi total bangunan sekolah itu juga sudah rampung beberapa hari yang lalu. Semua buku-buku pelajaran dan hiasan dinding juga sudah mereka tata disana.
Bahkan tanah lapang beralas tikar yang digunakan Aminah untuk mengajar dulu juga sudah dilengkapi dengan atap. Baju untuk anak-anak desa juga sudah semuanya dibagikan. Begitupun dengan vitamin, sikat gigi, dan perlengkapan sekolah.
Semua anak-anak telah mereka bekali dengan berbagai pelajaran. Baik pelajaran sekolah seperti menulis dan berhitung ataupun keterampilan lainnya seperti pemahaman akan sanitasi dan kemampuan memanfaatkan sumber daya alam.
Dua minggu ini Aminah dan rekan-rekannya juga aktif memotivasi anak-anak bahwa mimpi itu harus dikejar. Walaupun status mereka sebagai anak dari pelosok yang jauh dengan fasilitas pendidikan, mereka tidak boleh menyerah. Mengejar cita-cita memang memerlukan pengorbanan lebih, baik itu tenaga, waktu, pikiran, sampai biaya.
Bahkan mereka juga telah membuat sebuah kebun di lahan kosong dekat sekolah yang sudah mereka tanami dengan singkong.
Wildan memeriksa kembali kelengkapan seluruh anggotanya. Aminah juga sudah lengkap dengan ransel besar dan sneakers berwarna putih yang akan digunakannya menyusuri hutan.
Setelah puas berpamitan dan memohon doa agar diberikan keselamatan, mereka semua melangkah pergi meninggalkan desa dengan lambaian tangan dari para penduduk yang sedari tadi menghentikan aktivitas mereka di kebun demi bisa berpelukan atau hanya sekadar mengucapkan terima kasih pada tim sukarelawan.
“Aku pasti rindu.” Batin Aminah.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/356601079-288-k113973.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Insan Terbaik di Waktu Terbaik
Chick-LitCerita ini sudah terbit ya, jadi untuk kamu yg mau bertanya perihal buku bisa langsung chat aku:) vote and comment guys! Aminah Wardhani, gadis cantik dengan sifat manja luar biasa dan tingkah unik di atas rata-rata ini tengah jatuh cinta dengan seo...