04|Surrender.

77 15 0
                                    

•S u r r e n d e r•
•Part 04 By: Awliyaslv_

Sebelum membaca, alangkah baiknya jika kalian tekan terlebih dahulu, ikon bintang yang ada di pojok kiri bawah.

••••

♥️Happy Reading♥️

Motor Ragas berhenti tepat di depan sebuah warung bakso yang terdapat di pinggir jalan. Membuat Tamara yang duduk di boncengannya berkerut heran. Apalagi saat Ragas memintanya turun dari atas motor.

"Kenapa?" tanya Tamara.

"Kita makan dulu. Pasti lo juga belum makan, kan?" balas Ragas.

"Gue gak laper," ucap Tamara.

"Gue gak percaya. Kata Fathan lo selalu makan jam segini. Tadi dia juga yang nyuruh gue buat ajak lo makan."

Tamara mendengus kesal, merutuki sikap Fathan yang seolah membongkar segala kebiasannya kepada Ragas.

"Terserah lo. Yang jelas gue gak laper," keukeh Tamara.

Kruyuk!

Tamara memejamkan matanya kesal. Kenapa di saat seperti ini, perutnya malah tidak bisa diajak kompromi. Kan malu jadinya.

Sedangkan Ragas, kini sudah menatap Tamara dengan senyum tengilnya.

"Gak usah senyum-senyum lo!" sungut Tamara.

"Tamara Cassandra, gue lebih percaya sama bunyi perut lo, daripada sama omongan lo," ucap Ragas dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya.

"Serah! Intinya gue gak mau! Kalo lo mau makan, ya makan aja sana sendiri! Gue bisa pulang sendiri." Tamara berbalik badan hendak melangkah pergi. Namun—

"Ara!"—secepat kilat Ragas menarik tangan Tamara ketika sebuah motor melaju dari arah kanan dengan kecepatan tinggi. Hingga Tamara jatuh ke dalam pelukannya.

Tentu saja, hal tersebut membuat orang-orang yang melihatnya terkejut. Terlebih Tamara yang tampak begitu shock, bahkan sampai terdiam lama dalam pelukan Ragas.

"Ra, lo gapapa, kan?" tanya Ragas sembari mengusap-usap punggung Tamara lembut.

Tamara diam sejenak, sebelum akhirnya ia membuka suaranya. "Gue mau pulang," ucapnya terdengar gemetar, lalu menjauhkan diri dari Ragas.

"Oke, bentar." Ragas berjalan ke arah penjual bakso yang ada di dekatnya, kemudian meminta segelas air putih untuk Tamara.

"Nih, lo minum dulu. Biar tenang." Ragas memberikan gelas berisi air putih itu kepada Tamara.

Dengan pandangan kosong, Tamara meneguk benda cair itu. Setelah selesai ia memberikannya lagi pada Ragas.

"Bang, makasih, ya?" ucap Ragas pada si penjual bakso.

"Sama-sama, Mas," balas penjual bakso.

"Ayo."

Setelah keduanya naik ke atas motor, Ragas pun melajukan motornya menuju rumah Fathan. Di sepanjang perjalanan, seperti biasa Tamara hanya diam. Namun, kali ini sedikit berbeda.

Setelah kejadian tadi, pandangan Tamara kosong. Tetapi, pikirannya seolah melayang ke suatu hal. Melihat itu, Ragas menjadi khawatir.

Terlebih saat tanpa sengaja ia melihat setetes cairan bening mengalir dari pelupuk mata Tamara. Ragas jadi berpikir, se-shock apakah gadis itu, sampai mengeluarkan air mata. Ingin sekali rasanya Ragas bertanya dan menenangkan Tamara.

SURRENDER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang