10|Surrender.

49 11 0
                                    

•S u r r e n d e r•
•Part 10 By: Awliyaslv_

Sebelum membaca, alangkah baiknya jika kalian tekan terlebih dahulu, ikon bintang yang ada di pojok kiri bawah.

••••

♥️Happy Reading♥️

Malam ini, penampilan Tamara tampak berbeda sekali. Bak bidadari yang baru turun dari kahyangan, Tamara sukses membuat Ragas tiada henti-hentinya menatap gadis itu. Tamara yang memang sudah risih sejak awal, karena dandanan yang menurutnya terlalu berlebihan ini, bertambah risih saat mengetahui Ragas menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Tamara merutuki Cantika—Bunda Fathan, yang membuatnya seperti ini. Benar, siapa lagi jika bukan wanita itu. Mana mungkin Tamara akan menyusahkan dirinya dengan berdandan seperti ini hanya untuk makan malam biasa.

"Kalo sampe nanti gue mati karena kecelakaan, lo orang pertama yang bakal gue gentayangin," celetuk Tamara tiba-tiba, membuat Ragas langsung mengalihkan pandangannya.

Ragas berdehem pelan, menghilangkan rasa gugupnya karena kepergok memperhatikan Tamara barusan.

"Maaf," ucap Ragas.

Tamara hanya diam tak merespon. Ia lebih memilih menatap keluar jendela, menikmati tetesan hujan yang membasahi kaca. Saking hanyut dalam dunianya sendiri, Tamara sampai tidak sadar jika mobil Ragas telah berhenti.

"Ra," panggil Ragas, memecah dunia Tamara.

"Apa?" tanya Tamara.

"Udah sampai." Seketika, jantung Tamara berdegup dua kali lebih cepat. Entah kenapa, ia tiba-tiba merasa gugup.

Sementara Ragas sudah berada di luar mobil membukakan pintu untuk Tamara, sambil memegangi payung di tangan kanannya.

"Ayo, Ra!"

"Hah? Iya-iya." Tamara menghela napasnya, lalu turun dari mobil.

Ragas memayungi tubuhnya dan tubuh Tamara. Karena ukuran payungnya yang tak terlalu besar, membuat posisi keduanya menjadi sangat dekat. Namun, hal tersebut tak berlangsung lama.

Saat Ragas dan Tamara sampai di teras, keduanya langsung menjauhkan diri masing-masing. Ragas menyimpan payungnya di rak, sedangkan Tamara tampak sesekali mengusap-usap lengannya yang kedinginan. Lagi-lagi, hal tersebut tak luput dari pandangan Ragas.

Tanpa aba-aba, Ragas melepas jaket yang melekat di tubuhnya dan memakaikannya di tubuh Tamara.

"Eh—"

"Udah, pakek aja. Gue gak mau lo sakit," ucap Ragas yang menghadirkan sedikit getaran di hati Tamara.

"Ya udah, masuk, yuk! Mama sama Papa pasti udah nungguin," ajak Ragas selanjutnya dan dianggukki oleh Tamara.

••••

"Wah, calon mantu udah dateng," seru Filda saat melihat Tamara datang bersama Ragas.

Tamara tersenyum canggung, lalu menyalimi orang tua Ragas bergantian. Ragas sendiri hanya memutar bola matanya jengah. Mamanya itu sungguh menyebalkan. Nanti jika Tamara marah bagaimana? Bisa-bisa gagal rencana pdkt-nya.

"Ragas gak ngajak kamu belok ke mana-mana, kan, tadi?" tanya Jevan ambigu.

"Apaan, sih, Pa!" kesal Ragas.

"Udah-udah, kita ke ruang makan aja, yuk! Mama tadi udah masak banyak banget, spesial buat calon mantu Mama yang cantik ini," ucap Filda.

Lagi-lagi, Tamara hanya bisa menarik bibirnya canggung.

SURRENDER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang