29|Surrender.

35 12 0
                                    

•S u r r e n d e r•
•Part 29 By: Awliyaslv_

Sebelum membaca alangkah baiknya kalian tekan terlebih dahulu ikon bintang yang di pojok kiri, bawah🍭

•••

♥️Happy Reading♥️

Hari ini, Tamara terpaksa berangkat ke sekolah sendirian, karena tiba-tiba saja Fathan mengatakan jika dia sedang tidak enak badan. Alhasil, Tamara sekarang harus rela berdiri di halte untuk menunggu angkutan umum lewat. Sebab, Cantika pun juga tak bisa mengantarkannya.

Saat sakit, Fathan akan berubah menjadi sangat manja dari biasanya. Jadi, Cantika seharian akan menemani sepupunya itu di rumah. Dasar bayi besar.

"Gila, bentar lagi upacaranya mulai. Kenapa belum ada yang lewat juga, sih? Apa gue kesiangan ke sininya? Aih! Gara-gara si setan ini, mah!" gerutu Tamara sendirian.

Merasa akan terlambat jika ia tetap diam di sini menunggu angkot yang tak pasti kapan datangnya, akhirnya Tamara pun memutuskan untuk berlari saja menuju sekolahnya. Seingat Tamara juga, ada jalan tikus untuk menuju ke sekolahnya. Semoga saja masih cukup.

Tamara berlari sekuat tenaga, menyusuri trotoar, lalu masuk ke gang sempit yang dapat menghubungkannya ke sekolah. Ketika Tamara hampir keluar dari gang, tiba-tiba dua orang preman muncul entah dari mana. Mereka menghadang jalan Tamara, membuat gadis itu mengumpat dalam hati.

"Mau ke mana, Neng? Kok lari-larian gitu? Gak capek?" tanya salah satu dari mereka dengan tatapan menggoda.

"Sekolah, lah! Lo gak lihat gue pakek seragam? Udah minggir! Telat nih gue," jawab Tamara dengan nada tinggi.

"Wuih ... santai, Neng. Cantik-cantik kok galak." Preman satunya lagi mencolek lengan Tamara, namun langsung ditepi dengan kasar oleh Tamara.

"Jangan kurang ajar, ya!" sentak Tamara murka.

"Gue suka nih, yang kayak gini. Agresif." Kedua preman itu saling tatap, seolah memberikan kode satu sama lain. "Sikat," lanjut salah satu dari mereka.

"Kalian jangan macem-macem, ya!" Tamara melangkah mundur, saat kedua preman itu mulai maju mendekat ke arahnya.

Rasa takut menghampiri Tamara saat ini, tapi Tamara tak mau memperlihatkannya. Ia tak mau dianggap lemah.

"Udah, Neng. Ikut sama kita aja. Nanti kita anterin ke sekolah," ucap preman tersebut sambil meraih tangan Tamara.

"Apaan, sih! Gue gak mau! Lepasin gue!" Tamara terus memberontak. Namun, itu percuma. Tenaganya kalah besar dibanding dua preman tersebut, yang badannya besar-besar.

Tubuh Tamara bergetar, matanya mulai berkaca-kaca. "Please, lepasin gue," pintanya.

Mereka mendorong tubuh Tamara ke tembok, tanpa mempedulikan rengekan Tamara.

Tamara memejamkan matanya, kala salah satu mereka mendekatkan wajahnya. Namun—

"WOI! NGAPAIN LO!" —seseorang menghentikan aksi preman tersebut.

"Riko?" lirih Tamara ketika mengetahui orang yang telah menyelamatkannya. Bagaimana bisa mantannya itu tiba-tiba muncul di sini?

Sementara itu, Riko memukuli dua preman tersebut habis-habisan. Sampai mereka akhirnya melarikan diri.

"Ra, lo gapapa?" tanya Riko begitu lembut.

Tamara hanya menggeleng.

"Lo kenapa bisa ada di sini? Sampe digangguin preman lagi."

SURRENDER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang