27|Surrender.

38 10 0
                                    

•S u r r e n d e r•
•Part 27 By: TiaraAtika4

Sebelum membaca, alangkah baiknya jika kalian tekan terlebih dahulu ikon bintang yang ada di pojok kiri, bawah🍭

———

Niat awal ingin mencari Fathan dan meminta maaf atas kebodohannya. Namun yang Tamara dapat malah Ia melihat Ragas tengah berpelukan dengan Serly. Bukankah itu lebih dari cukup untuk memperjelas kebenaran dari yang Ragas ucapkan, serta menampar hatinya yang sempat dibuat nyaman.

Tamara semakin dibuat menyesal karna tidak mempercayai Fathan, ia menyesal telah menyakiti perasaan pemuda itu.

"Ra—"

Tamara tersentak saat seseorang menepuk pelan pundaknya. Menoleh ke samping dan tersenyum pada Helena—memberitahu sahabatnya itu jika ia baik-baik saja.

"Ayo cari Fathan lagi." Tamara nenarik tangan Helena pergi dari tempat yang membuatnya kesulitan untuk bernapas.

Di sisi lain Ragas melepaskan pelukannya dari Serly yang baru saja menangis. Ia merasa kasihan saat Serly bercerita jika gadis itu baru saja dibentak habis-habisan oleh Fathan untuk kesalahan yang tidak gadis itu lakukan.

Benar-benar di luar dugaannya. Fathan ternyata nekat melakukan ini hanya karna pemuda itu marah besar padanya, seharusnya sahabatnya itu tidak perlu menarik Serly dalam masalah mereka. Dirinya benar-benar kecewa pada Fathan.

"Gua bener-bener takut sama Fathan," lirih Serly dengan nada bergetar.

Ragas nengusap pelan pundak Serly. "Jangan khawatir. Gua gak akan izinin Fathan nyakitin lo atau ngebentak lo lagi," ucap Ragas menyakini. Dirinya melakukan ini karna sadar jika Fathan sudah melewati batas, seharusnya tidak perlu menarik orang lain yang tidak bersalah dalam masalah mereka.

"Lo harus ada di dekat gua terus yah, Gas. Jangan tinggalin gua," pinta Serly dengan wajah memohon.

Ragas mengangguk, "tenang aja, gua bakal jagain lo dari Fathan."

Mendengar itu, Serly tentu saja bersorak penuh kemenangan dalam hatinya. Rencananya untuk menjauhkan Ragas dari Tamara akan berhasil, ditambah bantuan tak terduga dari Fathan yang nyatanya memiliki niat yang sama seperti dirinya itu, membuatnya dengan cepat akan kembali mendapatkan cintanya—Ragas.

•••

"Len, ayo keluar," ajak Sergio sambil menarik pelan Helena keluar dari uks, meninggalkan Fathan bersama Tamara berdua di dalam sana.

Tamara yang sedari tadi menunduk, kini memberanikan diri untuk menatap pada Fathan yang tengah duduk di atas brankar uks.

"Maafin gua," pinta Tamara dengan nada bergetar. Sedari tadi ia menahan diri agar tidak menangis karna rasa bersalahnya, apalagi saat melihat pipi Fathan yang memar.

"Sini," titah Fathan sambil merentangkan kedua tangannya.

Tamara menurut—mendekat pada Fathan dan tubuhnya langsung masuk dalam pelukan pemuda itu.

"Maafin gua ... maaf karna gak percaya sama lo, maaf gua udah nyakitin perasaan lo. Gua bener-bener bodoh," Tamara terisak di sela-sela ucapannya, dirinya terus saja merutuki kebodohannya dengan penuh penyesalan.

"Jadi siapa yang lo percayai sekarang?" tanya Fathan.

Tamara melepaskan pelukannya, kembali menatap Fathan dengan air mata yang masih membanjiri pipinya.

"Gua pilih lo, kali ini gua percaya sama lo. Gua bakal nurut sama lo lagi, gua bakal jauhin Kak Ragas kaya yang lo mau," sahur Tamara dengan penuh sungguh-sungguh.

Meskipun senang karna Tamara kembali padanya. Namun, Fathan merasa ada sesuatu yang lain—alasan di balik Tamara memilihnya dari pada Ragas.

"Apa yang gak gua tau?" tanya Fathan dengan nada yang berubah dingin, menandakan jika ia ingin Tamara jujur.

Tamara kembali menundukkan kepalanya, terdiam sesaat saat rasa sakit itu kembali menghantam hatinya.

"Gua mau lupain Kak Ragas, gua gak mau dibuat hancur kaya dulu lagi." Tamara kembali mendongak, menatap Fathan sambil tersenyum sendu.

Dari sorot mata Tamara, Fathan bisa melihat jelas jika gadis itu tengah merasa patah hati, kecewa serta marah.

"Kenapa?" tanya Fathan, berusaha memancing Tamara agar semakin jujur padanya.

"Seperti yang lo bilang. Ragas kapan aja bisa nyakitin gua kaya Riko. Makanya dari sekarang gua gak mau semakin jatuh dan ... gua bener-bener mau ngejauh dari dia," jelas Tamara dengan menghela napas getir yang terdengar menyakitkan.

"Lo udah jatuh?"

Tamara terdiam, kepalanya ia tundukkan lagi saat manik mata Fathan kembali terlihat tajam.

"Jawab gua!" titah Fathan dengan tegas.

Tamara mengangguk cepat sebagai jawaban, ia tidak bisa berbohong jika Fathan seperti ini.

"Maaf, gua gak tau sejak kapan gua jatuh dan ada rasa sama dia. Selama ini gua cuman ngerasa kalo gua nyaman sama dia. Tapi tadi—" Tamara menghentikan ucapannya saat sadar jika ia baru saja akan keceplosan.

"Tadi apa? Jujur atau gua bakal bentak lo!" titah Fathan dengan dingin, ia semakin yakin jika ada yang  tengah di sembunyikan oleh Tamara.

"Tadi gua liat Kak Ragas pelukan sama Serly," cicit Tamara sambil mengigit bibir dalamnya, merasa takut pada Fathan.

"Dan ini—" Tamara menujukan vidio yang ia dapat pada Fathan.

"Lo boleh benci sama gua. Tapi gua gak akan pernah ngejauh dari Serly. Gua cinta sama Serly."

Setelah melihat vidio yang ditunjukan oleh Tamara, Fathan benar-benar dibuat terkejut—apa yang dikatakan Ragas dalam vidio itu tidak sama dengan apa yang dikatakan Ragas katakan padanya siang tadi.

"Lo-lo dapet dari mana vidio itu?" tanya Fathan, dirinya kembali memasang wajah datar dengan netra tajamnya.

Tamara menggeleng pelan. "Gua gak tau, gua dapet dari nomer yang engga gua kenal."

Fathan terdiam. Dirinya tau jika ada seseorang yang mengeditnya, memotong bagian lainnya yang dikatakan oleh Ragas. Dan—Fathan tau siapa orang yang berniat untuk membodohi Tamara.

"Jangan macem-macem yah. Gua gapapa kok. Gua janji bakal jauhin Kak Ragas, tapi lo jangan berantem sama dia." Tamara menatap Fathan penuh permohonan.

Fathan tersenyum sinis. "Udah cinta banget lo sama dia sampe gak rela gua habisin dia?" sindirnya yang membuat Tamara menggeleng cepat. "Gua khawatir sama lo, Than."

Kekehan kecil lolos dari belah bibir Fathan. "Gua paksa percaya deh biar lo seneng," katanya yang terdengar mengejek untuk Tamara.

"Janji sama gua jangan macem-macem," pinta Tamara dengan menatap memohon pada Fathan.

Fathan memilih mengiyakan, mengangguk pelan agar sepupunya ini merasa senang.

"Gua bakal ikut serta di permainan lo, tentunya dengan cara gua sendiri."

••••

TBC♥️

See you next part, guys^^

THANK YOU^^

SURRENDER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang