Kembali

5.3K 406 4
                                    

" Jangan terlalu cepat menyimpulkan, karna perjalanan baru setengah jalan "

~Rebecca Arabella~

Becca keluar hutan dengan senang, ia memikirkan makanan enak yang akan dibelinya di ibu kota.

Namun, ia melupakan bahaya yang menantinya. Bukankah dulu ia mengira bahwa dirinya adalah buronan sehingga ia dicari berhari-hari. Tapi, lihat sekarang tanpa waspada ia berjalan dengan melompat sedikit dan bersenandung ria.

Tentunya ia menggunakan jubahnya yang menutupi dirinya, tapi ada satu hal yang Becca lupakan.

"Senangnya dalam hati.. Aye aye aye" nyanyi Becca sambil terus berjalan keluar hutan.

Ia sedikit mempercepat langkahnya tapi tetap saja masih sangat jauh, karna dia tinggal didalam hutan yang paling dalam. Sudah pertengahan jalan, ia beristirahat sejenak. Ia menyenderkan tubuhnya didekat pohon. Ia juga sok-sokan ingin sendiri dan meminta Sio untuk menghilang.

"Kalo aku panggil Sio sekarang, pasti dia mengejek nih. Dia bakalan bilang 'haha seorang Becca takut sendirian' yasudahlah jangan panggil" monolog Becca.

Setelah beristirahat, ia melanjutkan perjalanannya. Emang usaha tidak mengkhianati hasil. Ia berhasil keluar dari hutan. Namun, sejenak ia bernafas dengan kasar karna menuju ibu kota sekitar 1,5 kilometer.

"Gapapa Becca, demi makanan. Semangatttt" monolognya memberi semangat pada dirinya sendiri.

Becca berlari sekuat tenaga agar cepat sampai.

Drap.. Drap.. Drap

"Sedikit lagi.. Ayo Becca.. Sedikit lagi" batinnya. Akhirnya, ia sampai di depan gerbang utamanya. Ia menetralkan nafasnya terlebih dahulu.

Hosh.. Hoshh

"Akhirnya.. Sam.. Pai.. " batinya.

Becca melihat di gerbang ada penjaga keamanan untuk memeriksa siapa saja yang masuk dan keluar,agar di wilayah Wonderland tetap aman.

Begitu gilirannya tiba, dengan pedenya ia melangkah maju untuk diperiksa. Karna menurutnya semua persiapannya sudah selesai, namun ia lupa akan satu hal yang sangat penting.

Saat diperiksa, Becca membuka tudung jubahnya dan menampilkan senyum manis. Hal itu membuat penjaga itu kaget bahkan prajurit yang sedang ada disana juga kaget.

Becca heran, apakah wajah palsunya yang telah diubah ini sangat menjijikan. Ia meraba-raba wajahnya yang tampak mulus tanpa ada bintik-bintik merah. Ia merasa aneh. Kemudian, melihat rambutnya masih berwarna silver.

Degh..

Rasanya jantung Becca berhenti sejenak saking kagetnya. Ia lupa karna tidak memanggil Sio dan mengingatkannya lagi untuk merubah penampilannya. Yap benar, yang ia lupakan adalah merubah penampilannya.

Salah satu prajurit langsung menggendong Becca yang sedang terbengong dan sisanya langsung memberitahukan pihak istana tentang ini. Becca yang dibawa sudah tidak bisa apa-apa lagi, andaikan ia tidak gengsi untuk memanggil Sio agar menemaninya,walaupun Sio akan mengejeknya tapi gapapa yang penting ini tidak terjadi.

Tapi sudahlah nasi sudah jadi bubur. Ia pasrah, semoga kaisar ini tidak memberikan hukuman yang berat pada anak kecil, pikirnya.

Sedangkan disisi lain, kaisar yang mendengar kabar itu sangat kaget dan langsung menunggunya di aula. Ia duduk di singsananya. Ia sangat tidak sabar, begitupun kedua pangeran yang sedang melakukan adu pedang di tempat pelatihan, langsung datang keaula dan duduk di kanan dan kirinya sang kaisar.

Becca yang sedang digendong, mendapatkan kembali kesadarannya. Ia sedikit memberontak yang membuat prajurit yang menggendongnya kewalahan. Namun, Becca malah cape sendiri yang akhirnya diam kembali. Maklum jiwa umur 18 tahun, kadang suka ga mau ribet kaya author hehe.

"Sudahlah, Sio huhu kamu bakalan tertawa deh kalo lihat aku kaya gini" batinnya.

"Rasakan bos! " jawab Sio mendadak.

"Huhu tega kamu Sio" kata Becca dramatis.

"Siap-siap saja bos" kata Sio.

"Untuk apa? " tanya Becca heran.

"Kepalamu dipenggal, bye. Panggil saya kalo masih hidup" Sio terkekeh dan tidak berkata apapun lagi. Walaupun dia juga khawatir, namun siapa suruh keras kepala ingin kesini hanya demi makanan enak.

"Tegaaaa ihhh" kata Becca sambil memeganggi lehernya ngeri.

Prajurit yang melihat Becca tiba-tiba memegangi lehernya, hanya menggelengkan kepalanya heran. Namun, prajurit itu terus berjalan menuju istana.



# Vote for the next story

Jadi Figuran Di Dunia NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang