"Buka pintunya, aku ingin segera bertemu Harun!" Anzilla berkata dengan nada tak sabaran pada dua penjaga di depan pintu perpustakaan Bayt Al-hikmah, karena raja memang sering menghabiskan waktu di bangunan itu saat menjelang malam untuk membaca dan menulis. Dia sengaja datang saat semua orang sudah pergi agar bisa leluasa untuk merenung.
Perkataan Anzilla membuat dua penjaga di depanya juga bingung dan heran, sebab tak biasanya Ratu berkelakuan kasar seperti sekarang.
Halima dan Aliyah sampai ikut frustrasi sendiri melihat tingkah ratu. "Ratu, hamba mohon, berhentilah bersikap tidak sopan pada raja dengan memanggil namanya seperti itu," Halima mengingatkan.
"Memang kenapa? aku tak peduli," jawabnya tak acuh. Lalu pintu pun dibuka.
Begitu masuk, Anzilla dibuat takjub, matanya memindai seluruh sudut perpustakaan megah itu dengan pandangan berbinar. Buku-buku di rak yang tertata rapa sampai bagian atas dinding, dan pilar-pilar besar yang terdapat di semua sisinya semakin membuat Anzilla tak bisa berhenti berdecap takjub. Di tengah ruangan ada meja panjang dan kursi yang biasa digunakan untuk berdiskusi antara Khalifah dan para cendikiawan, sedang dindingnya terdapat beberapa lukisan dan mural. Dari semua buku sejarah dinasti Abbasiyah yang pernah dirinya baca, mungkin hanya perpustakaan ini yang membuat Anzilla merasa terkesan dan mengakui bahwa peradaban islam memang tak bisa di anggap remeh.
Bayt al-Hikmah, merupakan perpustakaan umum pertama di Baghdad sekaligus akademi ilmu pengetahuan pertama milik umat Islam yang sangat terkenal. Tempat ini sering dibahas di beberapa forum pertemuan ilmu pengetahuan sebagai refrensi perkembangan peradaban islam.
Meski ide awal pendirian perpustakaan ini adalah dinasti Umayyah, Anzilla tahu bahwa Bayt Al-hikmah berkembang pesat pada era Khalifah Harun dan putranya, Al-Mamun. Terlebih di bidang penerjemahan karya-karya filsafat, kedokteran, astronomi, matematika, dan lain-lain yang berasal dari Yunani, Persia, dan India, terjadi secara besar-besaran pada masa kedua khalifah ini. Bolehkah dia berbangga hati, karena bisa bertemu dengan dua khalifah itu sekarang? Anzilla tanpa sadar tersenyum senang.
"Apa kau begitu senang bisa melihat perpustakaan ini sampai tersenyum lebar seperti itu, Ratuku?" suara bariton itu menggema ke seluruh penjuru perpustakaan yang sudah kosong. Ternyata sudah sedari tadi Khalifah memperhatikan tingkah sang istri dari tempat duduknya di bagian pojok.
Anzilla pun terpaksa mengalihkan perhatian nya pada sumber suara, wanita itu lalu mendengkus kesal begitu tahu bahwa yang bicara adalah raja.
Khalifah tampak tengah sibuk dengan beberapa buku di atas meja. Laki-laki itu tersenyum senang lalu bangkit setelah menutup buku, kala melihat Zubaidah berjalan ke arahnya.
"Ratuku, ada hal apa yang membawamu akhirnya bersedia me-"
"Tak usah basa-basi, katakan padaku di mana jam ajaib yang akan dihadiahkan pada Karel Agung?" potong Anzilla tanpa tedeng aling-aling. Lagi-lagi tingkahnya membuat dua dayangnya frustrasi. Mereka takut raja akan marah dan menghukum ratu.
"Yang Mulia ja-"
"Sudahlah, aku tak masalah, sepertinya istriku ini mulai bosan menjadi wanita lembut," potong Khalifah saat Halima hendak menegur ratu. Dua pelayan itu lalu keluar dari perpustakaan untuk memberi privasi pada raja dan ratu.
Khalifah pun kembali mengalihkan perhatian pada istrinya. "Apa jangan-jangan ini caramu protes agar aku hanya memerhatikan mu, Ratuku?" goda Khalifah dengan senyum menggoda.
Anzilla memutar mata jengah karena ucapan raja yang terdengar penuh rayuan. "Jangan sentuh aku!" tolak wanita itu saat khalifah hendak meraih tangannya.
Melihat tingkah istrinya, Khalifah mengembuskan napas. "Kalau kau masih seperti ini, jangan harap aku akan memberi tahu di mana jam itu. Lagi pula kenapa tiba-tiba Ratu menanyakan soal jam? Bukanya kemarin Ratu bilang tidak tertarik untuk melihatnya?" Khalifah mengingatkan, lalu memasang sikap pura-pura cuek. Dia duduk kembali di balik meja untuk membaca.
![](https://img.wattpad.com/cover/354357000-288-k476281.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Anzilla dan Sang Khalifah
Historical FictionBest rank : 15 dalam fiksi sejarah. Anzilla Jhonson, wanita Amerika keturunan Yahudi yang begitu benci dengan islam karena cerita turun-temurun di keluarganya. Dia sengaja berkuliah di University Of Bagdad untuk membuktikan kebenaran tentang sejarah...