"Ratu ku, tolong buka pintunya dan mari kita bicara!" Khalifah Harun berteriak di depan kamar istrinya, dengan sabar dia mencoba membujuk Zubaidah agar bersedia bertemu.
"Jangan mimpi! Aku tak sudi melihat raja jahat sepertimu!"
Jawaban kasar Zubaidah membuat Harun mengeratkan gigi, harga dirinya sebagai seorang raja terlukai. Bahkan kini semua pelayan dan anggota keluarga kerajaan yang mendengar keributan itu mulai harap-harap cemas. Mereka khawatir Khalifah akan murka dan menghukum ratu.
"Baiklah kalau maumu begitu, kita lihat saja, berapa lama kau bisa memperlakukanku seperti ini!" balas raja geram.
Khalifah Harun akhirnya memilih pergi dari sana dengan kemarahan yang tergambar jelas di wajah tampannya. Dia berjalan dengan langkah lebar keluar dari kediaman ratu. Sudah lebih dari tiga kali laki-laki dengan tubuh tegap tersebut bolak-balik ke kamar Zubaidah untuk membujuk wanita itu, tapi sang ratu tetap tak bersedia menemuinya.
"Sebenarnya apa yang terjadi, Halima? Kenapa Ratu tiba-tiba jadi sangat kasar seperti itu?" tanya Khalifah heran sambil memacu langkahnya dengan cepat.
Biasanya sekalipun marah, Zubaidah tak akan pernah mengeluarkan kalimat kasar. Istrinya terbiasa tenang dan berprilaku baik berkat didikan yang diterimanya sejak kecil. Dia dikagumi orang-orang bukan hanya karena nasab mulianya dari keturunan Bani Hasyim. Namun, juga karena budi pekerti luhur yang dia miliki.
"Hamba juga tidak tahu, Yang Mulia, Ratu tiba-tiba bertingkah sangat aneh ketika tadi kami tengah membaca al-quran untuknya. Dia bahkan mengeluarkan beberapa kalimat asing yang tidak kami pahami," Halima mengadu apa adanya, sebab dia pun sudah merasa kehabisan cara untuk menangani ratu.
Setelah mendengar cerita itu, Khalifah Harun mengembuskan napas. 'apa mungkin dia masih marah padaku karena perdebatan kemarin?' Batinnya terus bertanya. Khalifah pun akhirnya memilih menemui Ulayah, adiknya yang lain, hanya wanita itu yang bisa membantunya memberi solusi untuk membujuk Zubaidah.
Begitu masuk ke kediaman Ulayah, saudari perempuan Harun itu tengah sibuk berdiskusi dengan beberapa penyair, maklum saja karena Ulayah sangat menyukai ilmu sastra. Ketika melihat kedatangan raja mereka, semua orang bangkit dan mengucap salam.
"Ada apa gerangan yang membawa Anda menemu saya, Yang Mulia? Adakah hal yang bisa saya lakukan untuk Anda?" tanya Ulayah, wanita dengan mata hitam itu seolah tahu saudaranya tengah menghadapi masalah.
"Wahai adikku, Ulayah, bisakah kita bicara sebentar?"
Ulayah pun mengangguk, lalu menyuruh beberapa penyair yang ada di sana untuk keluar lebih dulu.
"Ada hal apa yang mengganggu pikiranmu wahai, Saudaraku? Sampai-sampai kau terlihat sangat muram."
Harun terdengar mengembuskan napas, laki-laki dengan jubah kerajaan berwarna hitam itu memilih menjatuhkan diri di kursi lalu menatap adiknya. "Tolong bantu aku untuk membujuk Ratu agar bersedia menemuiku. Perilaku anehnya benar-benar membuat aku risau."
Ulayah terdiam sejenak, dia mondar-mandir di depan Khalifah sambil berpikir. "Wahai saudaraku, aku bisa saja membantumu membacakan syair gazal (tema syair yang berisi tentang cinta) untuknya, tapi menurutku semua itu tak akan membuatnya terkesan. Aku menyarankan mu untuk membacakan syair itu sendiri di depan kamarnya. Aku yakin Ratu akan tersentuh dan bersedia menemui mu."
Mendengar saran dari Ulayah, Khalifah pun tersenyum cerah. Dia menatap adiknya antusias. "Lalu menurutmu syair mana yang harus aku bacakan untuknya? Kau tahu aku tak pernah melakukan itu."
Ulayah terdiam lagi, wanita berkulit kuning langsat itu melipat tangannya untuk berpikir. "Saya menyarankan agar Anda membuat sendiri syair itu khusus untuknya. Dengan begitu, Ratu pasti akan merasa tersanjung karena usahamu," ujarnya kemudian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anzilla dan Sang Khalifah
Ficción históricaBest rank : 15 dalam fiksi sejarah. Anzilla Jhonson, wanita Amerika keturunan Yahudi yang begitu benci dengan islam karena cerita turun-temurun di keluarganya. Dia sengaja berkuliah di University Of Bagdad untuk membuktikan kebenaran tentang sejarah...