Prologue

1.7K 121 6
                                    

Ingatan yang hilang harus kembali dan diperbaiki untuk kehidupan yang lebih baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ingatan yang hilang harus kembali dan diperbaiki untuk kehidupan yang lebih baik. Hidupnya kian nestapa, dengan rasa bersalah dan juga penyesalan yang turut bersama langkahnya. Ia tak pernah tenang. Berusaha menemukan berbagai kepingan ingatan untuk menebus kesalahan yang telah ia perbuat di masa lalu.

Februari, 2006. Seorang bayi laki-laki tampan baru saja lahir dari keluarga kecil yang sudah lama menantikan seorang anak. Tak lama kemudian lahir pula seorang putri yang cantik. Mungkin, karena anak itu adalah anak yang paling diharapkan, segala didikan dan pola asuh yang diterima terbilang cukup keras hingga membuat anak sekecil itu tertekan, karena keadaan.

John Seno, 17 tahun. Biasa disapa John oleh keluarganya, tapi lebih senang disapa Juan. Juan tinggi untuk anak seumurannya dan pintar. Meski rambut hitamnya sudah lebih panjang dari mata, nyatanya ketampanan itu tak menutupinya. Ya, Juan memang sempurna dalam segi fisik. Namun, ada hal lain yang menutupi kesempurnaan itu, hingga membuat wajah lelaki itu selalu ketus dan bermata tajam.

Hidup serba berkecukupan, tetapi tak membuat Juan bahagia. Dulu, diusianya yang ke empat tahun, segala macam tuntutan sudah diberikan untuk nasib Juan. Tiada hari tanpa belajar, hampir sepenuhnya waktu Juan habis hanya untuk belajar. Ia tak punya teman, karena wanita yang sering ia sebut penyihir itu, melarangnya bergaul.

Juan belajar mati-matian hanya untuk menghindari hukuman dari penyihir itu. Hingga waktu itu tiba. Tepatnya kelas tiga SD, Juan kala itu hanya berdiam diri di kursi tempatnya belajar. Ia merenung menatap lembar ujian dengan nilai sembilan puluh delapan—bukan nilai yang rendah—tapi, membuat Juan takut setengah mati. Semua berawal ketika usianya delapan tahun. Tubuh Juan berkeringat dingin, pernapasan Juan kian mencekal, seolah oksigen dalam udara sudah habis ia hirup.

Juan ketakutan, matanya memerah menahan tangis. Saat itu teman sekelasnya bertanya, tetapi Juan terlalu takut hingga akhirnya ia terjatuh dari kursi. Teman sekelasnya panik, tubuh Juan mendadak kejang, seolah nyawanya sudah berada di ujung kepala. Bahkan di saat seperti ini yang Juan pikirkan hanya nilai dan penyihir itu. Juan menangis sedu dengan dadanya yang semakin sesak. Sejak saat itu Juan akhirnya mengerti jika mentalnya sudah hancur sempurna.

Kejadian itu telah memberikan kenangan paling buruk bagi Juan, sejak saat itu ia menjadi tempramental dan nekat. Ia tak takut lagi, perkataan penyihir itu selalu ia bantah. Bahkan, Juan berani memberikan ancaman, seperti bunuh diri. Hal itu, membuat Ibunda Juan pasrah dan melarang Juan untuk belajar, beliau merasa bersalah, tetapi Juan terlanjur sakit dan melanjutkan hidupnya yang gila belajar.

Juan sepenuhnya berubah, ia bertingkah layaknya manusia tak punya arah dan tujuan hidup. Katakan itu balas dendam, pada hal yang sudah menyakiti Juan. Ia ingin, penyihir itu hidup dalam rasa bersalah, karena bagaimana pun juga, Juan masih harus melanjutkan kehidupannya.

LIFE LIKE A PETAL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang