Bag 15. Play with it

619 87 23
                                    

Sejak libur sekolah sampai sekarang ini, Heera menginap di apartemen kakaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak libur sekolah sampai sekarang ini, Heera menginap di apartemen kakaknya. Seperti yang pernah Heera ceritakan pada Juan, ia melarikan diri dari rumah, karena tekanan orang tuanya. Heera tak sanggup, selalu dijadikan ajang perbandingan dengan sepupunya yang jauh lebih pintar. Awalnya Heera berusaha bertahan, sampai akhirnya pertahanannya runtuh tatkala sang kakak memutuskan pergi dan tinggal di sebuah apartemen sederhana peninggalan neneknya.

Menjadikan itu kesempatan emas, Heera melarikan diri dan memilih tinggal dengan sang kakak. Sesekali, ia dapat membantu kakaknya mengolah coffee shop sederhana sebagai tempat berkumpul.

Namun, malam ini Heera marah besar ketika ibunya datang memaksa Heera untuk kembali ke rumah. Ia mana sudi kembali ke rumah itu lagi, selain suasananya, Heera tak suka dengan orangnya. Berbagai macam bujukan sudah ibunya lakukan, tetapi Heera kokoh pada pendiriannya.

"Ibu janji, nggak akan maksa kamu lagi. Apa pun itu Ibu serahin ke kamu, terserah kamu mau lanjut kuliah di mana aja, Ibu dan Ayah ikut kemauan kamu," ucap ibunya.

Heera tidak peduli. Sembari menggunakan jaket tebal, ia melenggang pergi meninggalkan ibunya seorang diri di apartemen, sebab sang kakak masih berada di coffee shop. Takut ibunya mengejar, Heera mempercepat langkah kakinya menuju lift dan menekan tombol supaya sampai di basemen bawah. Sudah ada seseorang yang ia panggil menunggunya di sana.

Sedikit terburu-buru, Heera berjalan cepat ke arah Juan yang menunggu duduk di atas motor.

"Bawa gue pergi," ucap Heera sembari menaiki motor Juan.

"Ke mana?" tanya Juan santai.

"Terserah," ketus Heera.

Jika dibolehkan jujur. Sebenernya Heera tak ingin memanggil lelaki itu, tetapi keadaan genting membuatnya nekat. Sudah cukup dengan masalah yang dibuat Juan, ia hanya ingin ketenangan. Tapi, dalam benaknya ia berpikir jika semua menjadi sia-sia. Lelaki itu sudah membawanya jauh ke lubang berbahaya, lebih baik Heera teruskan daripada terpuruk seorang diri.

Juan pun membawa motornya, berkendara tanpa tujuan di tengah kota. Tak ada yang saling membuka obrolan, keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing. Di tengah perjalanan, Juan singgah sebentar di sebuah swalayan untuk membeli berbagai macam makanan dan minuman, sementara Heera hanya menunggu di atas motor.

"Jidat lo kenapa?" tanya Heera ketika melihat Juan memakai helm-nya.

"Lilia ngamuk," balasnya. Kemudian menunggangi motornya lagi, dan meletakkan plastik itu di antara mereka, supaya Heera mau membawanya. "Gue udah nanya, tapi dia malah ngamuk."

LIFE LIKE A PETAL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang