Bag 10. The loser

580 78 22
                                    

Juan masih tenggelam dalam tidurnya di dalam kelas yang sangat sunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juan masih tenggelam dalam tidurnya di dalam kelas yang sangat sunyi. Seperti biasa, ia merasa sangat bosan. Lebih senang menghabiskan waktunya seorang diri, meski lapar, Juan tidak peduli dan tetap pada pendiriannya. Toh, hanya makan. Juan bisa melakukannya sepulang sekolah nanti. Beberapa menit berikutnya, tidur Juan semakin dalam, hingga sebuah mimpi aneh datang.

Tak perlu repot menghancurkan diri sendiri, hidupmu sudah hancur!

Juan mengerjap kaget dengan matanya yang terbuka lebar. Mimpi buruk itu tiba-tiba datang, Juan tak mengenal sosok di dalam mimpinya, ucapan itu sangat mengintimidasi, sampai membuatnya ketakutan.

"Juan!" seru Heera sembari berlari kecil ke arah lelaki itu. Untuk beberapa alasan, ia memberanikan diri memanggil Juan.

Juan tak menghiraukan panggilan Heera, hanya terdiam dengan matanya yang terbuka lebar. Namun, ketika suara itu menghantui pikirannya, Juan bergegas berlari menghampiri Heera dan langsung memeluknya erat. Hanya ketenangan yang Juan butuhkan sekarang, dan semua itu dapat ia temukan pada sosok Heera.

"Buset, dah! Tahan dikit, John, masih di sekolah ini," goda Kaia begitu masuk ke dalam kelas.

Sontak saja, ucapan Kaia barusan membuat kesadaran Juan kembali dan secara perlahan mulai merenggangkan pelukannya.

"Eh! Seorang John Seno bisa clingy juga ternyata," sahut Ellena setelahnya. Mereka berdua tertawa kompak.

Juan tak menghiraukan mereka, meski lonceng sudah berbunyi, ia langsung melenggang pergi dari kelas. Namun, baru saja kaki itu sampai di ambang pintu, secara tak sengaja tubuh besarnya menabrak Luna yang hendak masuk ke dalam kelas. Luna jatuh di lantai dengan posisi duduk, sementara Juan hanya memandangnya sekilas, lalu melanjutkan langkahnya lagi.

"Juan!" teriak Heera, kemudian mengejar lelaki itu, mengabaikan jam pelajaran berikutnya. "Luna, sorry," ucapnya setelah melewati gadis itu yang masih terduduk di ambang pintu.

"Lun, lo nggak apa-apa, kan?" tanya Kaia dari kejauhan.

Menanggapi pertanyaan itu, Luna hanya mengangguk singkat, kemudian berdiri dan melanjutkan langkah kakinya menuju kursi. Sungguh memalukan. Luna sangat membenci Heera, apalagi setelah ucapannya bak sebagai pengganti Juan untuk bicara. Untuk kesekian kalinya, Luna selalu berpikir jika posisi itu seharusnya dimiliki oleh dirinya.

•••

Di belakang gudang. Juan menarik rambutnya dengan wajah yang terlihat sangat frustrasi. Ia mengeram kesal. Entah ingatan besar apa yang Juan lupakan, hingga trauma itu datang ke dalam mimpinya. Sebenarnya hal apa yang Juan sembunyikan? Ia tak tahu, dan terus menanyakan dirinya sendiri. Mimpi itu sangat mengusik hidupnya, dan apa maksud ucapannya.

Hidup Juan memang sudah hancur, lantas kehancuran mana yang di maksud seseorang di dalam mimpi itu?

Juan berteriak frustrasi dengan kakinya yang terus berputar-putar di tempat yang sama, mencari jawaban dari kegelisahan hatinya. Meski, tak ada hasilnya. Juan semakin gelisah, dengan segala kekuatan ia memukul dinding di belakangnya berkali-kali, sampai goresan di punggung tangannya menetes darah segar. Juan tidak peduli, selagi bayang-bayang itu hilang dari ingatannya.

LIFE LIKE A PETAL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang