Bag 14. True hatred

509 77 14
                                    

Heera yang tak tahu menahu perihal masalah Juan ikut terbebani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Heera yang tak tahu menahu perihal masalah Juan ikut terbebani. Ia menangis sejadinya. Kegundahan yang hatinya rasakan sekarang ini membuatnya serba salah. Apa yang harus Heera lakukan? Juan bukan lelaki baik seperti yang ia kira. Apa dengan membantunya, Juan bisa berubah? Berubah seperti apa yang lelaki itu mau, menjadi lebih baik? Bisa saja ingatan yang dihapus itu adalah keuntungan sebagai perilaku jahatnya.

Lalu, mengapa? Mengapa Juan berniat berubah, sebenarnya apa yang lelaki itu pikirkan? Cara apa yang harus lelaki itu lakukan demi menebus kesalahannya, sementara banyak korban yang enggan melihat wajahnya.

"Cukup Juan ... jangan libatin gue lagi," ucap Heera pelan. Ia sudah tak kuasa mengerahkan tenaga untuk memukuli Juan. Heera tahu, Juan tak salah sepenuhnya, karena Hito dan ketiga lelaki itu turut bersama dalam kejahatan yang mereka lakukan.

Di tengah keterpurukan itu, pupil Heera terbuka lebar tatkala Juan memeluk tubuhnya sangat erat. Heera tak sudi, tetapi rangkulan lelaki itu sangat erat dan enggan melepaskannya.

"Tolong maafin gue, Heera, maafin gue ... Gue minta maaf, tolong bantu gue ... gue salah, gue emang salah, gue seharusnya dipenjara atau bahkan mati ... tolong Heera, jangan pergi tinggalin gue. Cuma lo, satu-satunya yang gue percaya bisa bantu gue. Bantu gue menebus kesalahan gue, tolong Heraa ...," ucapnya lirih.

Bergeming sejenak, Heera menyeka air matanya, lalu menghela napas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bergeming sejenak, Heera menyeka air matanya, lalu menghela napas. "Mau lo tebus pakai cara apa?" tanyanya.

"Apa pun, akan gue lakuin."

Heera mendengkus kesal sembari memalingkan wajahnya sejenak. "Ketemu sama korban yang udah lo bully itu sama aja bunuh diri."

"Terus?" Juan melonggarkan pelukannya, lalu menatap Heera dengan matanya yang berkaca. "Apa yang harus gue lakuin? Gue capek Heera, rasa bersalah itu terus-menerus ngehantui gue."

"Itu hukuman."

Juan diam seketika.

"Anggap lupa ingatan adalah hadiah, dan rasa bersalah adalah hukuman." Heera diam sejenak. "Tapi, kenapa cuma lo? Mereka juga sama jahatnya."

LIFE LIKE A PETAL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang