Bag 17. Worse off

510 79 18
                                    

Juan menghela napas beratnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juan menghela napas beratnya. Sesuai perjanjian sementara, Juan menyerahkan handphone Riki kepada mereka. Lalu, dibuat bingung seharian oleh video yang dikirimkan Nathan. Sekarang, Juan sepenuhnya kehilangan arah, ia tak tahu jalan keluarnya, terlebih lagi melibatkan Heera.

Kini, di kamarnya yang gelap gulita. Juan merenung di sudut ranjangnya, dengan posisi badan meringkuk. Sudah tak ada pertahanan yang bisa Juan lakukan untuk membalas mereka. Mana mungkin, Juan bersikap egois, sementara Heera semakin terluka. Namun, bagaimana? Juan ingin sekali menebus kesalahannya, tetapi manusia-manusia licik itu tak akan tinggal diam dengan seribu cara.

Tanpa sadar, air mata Juan menetes. Perempuan itu telah memberikan kepercayaannya untuk membantu Juan, sedih rasanya mengingat ketulusan Heera yang akan terbuang sia-sia jika Juan bersikap egois.

Juan beranjak dari ranjang, terduduk di tepi ranjang, lalu menarik napas sangat dalam. Ia meraih handphone di atas nakas, lalu memutar video berdurasi 30 detik itu. Memang tak direkam secara penuh, tetapi 30 detik dapat menghancurkan masa depan Heera untuk selamanya.

Sialan! Baik wajah Juan ataupun Heera, terekam sangat jelas meski pencahayaan di ruang itu sangatlah minim. Siapa sangka, jika Nathan sudah meletakkan kamera yang dapat merekam dengan jelas wajah seseorang meski dalam keadaan gelap dan minim cahaya.

Lalu, apa pada akhirnya Juan menyerah dan mengalah?

Secara mengejutkan, terdengar suara dorongan pintu yang keras. Juan segera memutar kepalanya memperhatikan kedatangan Lilia dengan raut wajahnya yang teramat marah. Belum sempat Juan bertanya, Lilia langsung menarik tubuhnya supaya berdiri, lalu menghujani Juan dengan berbagai pukulan. Juan tak tahu menahu dan bertanya-tanya pada tangis Lilia di sela jeritannya yang histeris.

Meski tak tahu, Juan dapat merasakan kesedihan itu. Lilia terus menjerit dengan napas yang tersendat, memukuli Juan tanpa ampun.

"Lo jahat!" Air mata semakin membanjiri Lilia, tangan kecil itu terus memukuli Juan. "Kenapa harus Claudy?!" teriaknya sekali lagi.

Juan pasrah. Menerima segala pukulan adiknya.

"Kenapa bukan lo aja yang mati?!" teriak Lilia sekali lagi.

Kali ini, pupil Juan terbeliak sempurna setelah mendengar teriakan Lilia.

"Apa salah Claudy?! Kenapa kalian jahat sama dia?!"

Teriakan Lilia semakin nyaring, Juan tersentuh dan meneteskan air matanya lagi.

"Kenapa lo harus lupa ingatan?! Kalo aja—"

LIFE LIKE A PETAL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang