Bag 25. Everything peaks

589 75 25
                                    

Itu adalah hadiah yang harus diterima tatkala kejahatan keji menguasai kesadaran semata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Itu adalah hadiah yang harus diterima tatkala kejahatan keji menguasai kesadaran semata. Setiap perbuatan selalu ada karma. Pagi ini Dolton Highscool dibuat heboh oleh berita yang tak mereka duga-duga. Seorang siswa berprestasi, selalu mengukir hal membanggakan, jarang terlihat bersosialisasi—menyerahkan diri ke Polisi pukul dua malam.

Kehebohan terus berlanjut tatkala beberapa rombongan Polisi menyeret keempat pemuda tak berhati dari sekolah. Sudah tak ada pembelaan lagi, terlepas mereka anak siapa. Semua video itu sudah tersebar, bukan Juan pelakunya. Sejak awal ia tak tertarik menyebar video kebodohan yang mereka buat, pelakunya adalah Lilia yang sampai saat ini pun masih menyimpan salinan videonya.

Namun, bukan berarti Lilia bodoh. Segala hal yang bersangkutan dengan Claudy, ia tutupi wajah atau tubuhnya dengan sensor. Lilia sadar, mengungkap kebenaran tak perlu mempertontonkan korban.

Semua orang seolah jijik melihat keempat pemuda itu diseret paksa oleh Polisi, karena perbuatan keji mereka tak seperti manusia, melainkan Iblis. Dengan wajah yang tertunduk lesu, mereka berempat memasuki mobil Polisi yang terparkir. Bagaimana pun juga, itulah konsekuensi dari benih yang mereka tuai.

Heera hanya bersabar menahan bulir bening tak turun dari pelupuk matanya. Ia bahkan tak berani melihat tontonan itu, karena selalu terbayang bagaimana sakitnya orang tua korban ketika tahu anak yang mereka sayang diperlakukan seperti binatang. Mengerikan, bodohnya Heera masih berharap hukum dapat berpihak pada Juan.

Di dalam kelas yang sunyi, Heera duduk di kursinya—menundukkan kepala meratapi nasib yang bukan kesalahannya—ia terisak, tetapi tertahan. Sampai akhirnya, perhatian Heera buyar ketika seorang gadis berjalan menghampiri dirinya dengan wajah masam dan alis yang menukik tajam.

Dia Luna, entah gerangan apa yang membawanya menemui Heera.

Baru saja Heera ingin bertanya, wajahnya terhempas, karena tamparan. Heera sangat terkejut. Ia memegang wajahnya, menatap Luna keheranan dengan pupilnya yang terbuka lebar.

"Anjing lo, Heera!" kutuk Luna menunjuk Heera. Wajah itu terlihat sangat marah, alis ramahnya menukik tajam. "Semua gara-gara lo dia ditangkap Polisi, semua gara-gara lo!" teriak Luna terlihat frustrasi.

Heera mengernyitkan dahi, menatap gadis itu keheranan.

"Pasti lo yang nyuruh John nyerahin diri ke Polisi!" tuduh Luna sembari menarik seragam Heera. "Buat apa sampai segitunya? Semua orang pernah berbuat jahat, nggak ada manusia suci di dunia ini! Tanggung jawab! Bawa John pulang!"

Heera hanya diam, melepaskan bulir bening yang akhirnya keluar dari pelupuk mata.

"Gue udah bela-belain bantu lo supaya nggak dikeluarin dari sekolah, tapi ini balasan lo! Dasar bajingan, dari dulu juga lo maunya menang sendiri!" lanjut Luna sekali lagi.

Mengapa Heera disalahkan atas kejadian itu? Padahal ia sudah berlapang dada menerima segala putusan dari Juan. Heera tahu, memaksa Juan tetap tinggal sama halnya menyetujui perundungan itu. Ia sudah sejauh itu bertindak, saatnya merefleksikan diri untuk bersikap tenang. Tapi, siapa sangka jika Luna datang menyalahkan dirinya.

LIFE LIKE A PETAL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang