🍁Prank.
Pecahan sebuah benda kembali terdengar. Hana tidak tahu benda apalagi kali ini, tetapi sebanyak apapun sebuah barang hancur dan pecah setiap harinya, entah kenapa itu tidak pernah habis dan hanya menambah ketakutan bagi penghuni lainnya.
Hana terisak, diujung tempat tidurnya sembari meringkuk dan menekuk lututnya. Wanita itu menahan tangisnya agar tidak mengeluarkan suara, menunggu dan berharap amarah seseorang yang sedang mengacak-acak rumah itu bisa segera mereda sehingga ia tidak harus terkena akibatnya.
Namun sepertinya doa kali ini juga tidak dikabulkan. Karena suara langkah kaki menaiki tangga terdengar semakin jelas dan hanya membuat Hana semakin meringkuk di ujung kasur.
Brakk.
Suara pintu kamar dibuka dengan kasar membuatnya berjengit kaget. Hana mengangkat wajahnya dan matanya langsung bertatapan dengan wajah seorang yang terlihat jauh berbeda dari saat pertemuan pertama mereka.
Ia berubah.
Tidak lagi menjadi seseorang yang dikenalnya.
"Bagus ya. Suami pulang bukannya disambut, tapi malah enak-enakan rebahan di kasur."
Hana semakin tersentak, tubuhnya bereaksi sendiri dan bergetar hebat saat mendengar nada tajam dari sang pria. Ia menggeleng seolah menampik tuduhan yang dikatakan sang pria dan langsung berdiri secara perlahan, mencoba mendekat dengan selembut mungkin.
"Bukan, itu, tadi aku-"
Plakk.
Bukannya sebuah pelukan ataupun sapaan hangat, yang didapat Hana adalah tamparan kencang yang membuat tubuhnya terlepar dan ambruk ke lantai. Matanya yang memerah kembali mengeluarkan tangisnya. Tangannya menyentuh pipi yang ditampar itu dengan dalam, mencegah rasa sakit agar tidak menyebar ke seluruh kepala.
Namun belum sempat ia menetralkan keterkejutannya, tubuhnya mendadak ditendang berkali-kali. Hana semakin meringkuk, dalam kesakitannya ia tidak mengelurkan suara sama sekali, mencegah pria itu yang kemungkinan akan memukulnya semakin keras jika ia mengeluh, makanya ia menahan semuanya dengan mengigit bibirnya kencang bersaman dengan air mata deras yang mengalir dan tidak bisa cegah.
"Dasar.. istri.. tidak.. berguna.." Dalam setiap kata yang dikeluarkan, pria itu menjedanya, menendang kuat tubuh wanita itu lalu kembali berkata lagi. Terus saja mengulang hal itu sampai beberapa kali.
Saat melihat tidak ada respon dari sang wanita, pria itu segera menjambak rambut Hana, membuat mau tidak mau Hana terseret dan berdiri dengan kaki yang lemah. Dengan tatapan iba, ia menatap pria itu seakan menyalurkan rasa sakitnya. Berharap mungkin saja itu bisa sedikit mengetuk nurani sang pria sehingga dirinya tidak harus menerima rasa sakit yang lebih dari ini.
Namun seperti itu tidak berhasil, karena hal berikutnya yang diterima Hana adalah seretan cepat menuju kamar mandi.
"Sini kau sialan." Hana terseok-seok dalam seretannya, tubuhnya beberapa kali membentur prabot rumah dan juga pintu kamar mandi saat dengan paksa ia di bawa masuk ke dalamnya. "Kemarin pulang terlambat, hari ini bahkan tidak menyapa suaminya. Sudah mulai berani ya kau jalang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil Doesn't Bargain
FanfictionWarning: 18+ (terdapat kekerasan dalam cerita, mohon tidak untuk ditiru) And just like before, i can see that you're sure.. you can change him but I know you won't. The devil doesn't bargain.. He'll only break your heart again It isn't worth it, dar...