Chapter 5

191 37 10
                                    

Hari Jumat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari Jumat.

Bagas memutar-mutar pulpennya, melirik kearah jam makan siang yang bentar lagi akan habis. Pikirannya cemas membayangkan apakah makanan yang diberikannya diterima atau tidak.

Atau bisa saja Hana membuangnya begitu saja.

Ngomong-ngomong soal Hana, menilik sikapnya beberapa hari ini, Bagas merasakan ada yang aneh dengan wanita itu. Walaupun ia kadang tersenyum ceria dan bersemangat, tetapi entah kenapa firasatnya mengatakan bahwa wanita itu sedang tidak baik-baik saja.

Dan yang lebih mengganggu pikirannya adalah bahwa Bagas terbawa cemas sendiri saat membayangkannya. Padahal ia hanya seorang atasan bagi Hana.

Sialan.

Bagas benci dengan batasan itu.

Karena sejujurnya, seorang Bagaskara ternyata diam-diam menyimpan perasaan pada Ahyana Indari.

Bermula dari saat pertama kali saat Hana masuk ke divisi marketing, saat itu untuk pertama kalinya ia tertarik memiliki hubungan. Melihat wanita cantik, anggun, tekun, pintar dalam bekerja serta sopan, saat itulah ia tahu bahwa Hana lah yang diinginkannya. Seorang wanita yang dicarinya selama ini.

Awalnya Bagas berniat mendekatinya dengan perlahan, mencari tahu tentang wanita itu lebih dalam baru naik ke step selanjutnya. Namun semua yang ia kira berjalan lancar malah hancur lebur saat tiba-tiba saja tersebar bahwa wanita itu sudah menikah. Tanpa undangan, ataupun pemberitahuan bahkan kepada sahabatnya di kantor, pada hari selanjutnya, Hana datang ke kantor dengan sebuah cincin dijari manisnya.

Wanita itu mendapatkan omelan disertai ucapan selamat dari rekan kantor yang lain dengan suka cita. Karena hari itu, Bagas sampai mengasingkan diri dan memilih untuk tidak melakukan banyak interaksi dengan Hana karena patah hati.

Orang tua Bagas bahkan sampai harus mengomeli pria itu hampir setiap hari karena diusianya yang sudah ke 32 tahun itu, Bagas sama sekali tidak pernah membawa perempuan manapun ke rumah. Padahal teman-teman seusianya saja banyak yang sudah memiliki anak.

Tetapi sepertinya Bagas memang tidak berniat menikah. Setidaknya sampai ia menemukan seseorang seperti Hana yang kedua. Tidak, mungkin tidak harus seperti Hana, tetapi perempuan yang bisa mengambil hatinya dari wanita bersuami itu.

Itulah pikiran awalnya.

Sampai terjadilah kejadian beberapa hari ini, mungkin ia sudah gila, tetapi rasa suka Bagas bukannya menghilang kini malah menjadi keserakahan. Tidak, ia tidak berencana menghancurkan rumah tangga orang, karena Bagas sendiri cukup bermoral untuk tidak melakukan hal yang hina seperti itu.

Keserakahannya hanya ingin berada di samping Hana lebih lama. Entah menjadi atasan yang baik, ataupun siapa tahu bisa merangkap menjadi sahabat.

Karena perasaan sinting ini membuat Bagas benar-benar gila. Bagaimana ia bisa waras kalau melihat wanita yang menjadi impiannya berkeliling dengan cincin dijari manis pembelian pria lain yang memang suaminya.

Devil Doesn't BargainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang