Chapter 19

128 30 13
                                    

🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁

"Kista?" Tanya Saski demi memastikan perkataan dokter.

"Benar. Respon mual selama ini yang ibu Hana rasakan itu salah satu gejalanya. Kami juga memastikan bahwa ibu Hana tidak mengandung."

Hana membisu, mengelus perutnya pelan bersamaan dengan air mata yang menetes perlahan, menyampaikan perasaannya yang terluka, hatinya sakit tapi mungkin tidak lebih sakit dari Saski yang ikut mendengarnya.

"Bagaimana dengan hasil testpack? hasilnya positif dok!" Desak Hana pada dokter dengan air mata yang masih mengucur deras.

"Itu mungkin terjadi karena perubahan hormon akibat kista yang tumbuh di rahim. Karena dari penelitian juga, testpack kadang bisa mendeteksi kanker walaupun sangat kecil sekali kemungkinannya. Setidaknya kita bersyukur itu diketahui saat masih awal dan belum menjadi parah sehingga masih bisa disembuhkan."

Saski menghela nafasnya.

Baru saja mendapatkan berita soal kehamilan dengan cara yang tidak terduga, kali ini ia malah mendapatkan berita bahwa calon keponakannya ternyata tidak pernah ada. Gejala kehamilan yang dirasakan oleh Hana ternyata respon dari sebuah penyakit. Ada kista di rahimnya, tidak terlalu berbahaya tapi perlu dilakukan proses pengangkatan.

Saski bingung bagaimana harus menerima informasi ini. Haruskah ia bersedih dengan fakta bahwa calon keponakannya yang baru diketahuinya hari ini ternyata tidak ada atau haruskah ia senang mendengar bahwa penyakit yang diderita Hana ternyata tidak berbahaya?

Bagaimana ia harus menerima berita ini.

"Hiks.. hiks.." Suara isak tangis pilu Hana terdengar, membuat Saski yang hendak mengatakan hal lainnya segera menuntup mulutnya rapat. "Seharusnya aku memang tidak berharap."

Hana menangis sambil meracau sendiri, sampai-sampai Saski menjadi kesal dengan ketidakhadiran Reyhan pada saat itu. Begitu menyedihkan kondisi Hana sampai seperti ini, tetapi pria bodoh itu bahkan tidak membalas pesan yang sempat Saski kirimkan.

"Seharusnya hiks.. seharusnya aku tinggalkan hiks.. saja." Dengan sesenggukan Hana sambil terus meracau, menimbulkan kebingungan yang jelas di mata Saski.

Dalam diam, Saski memperhatikan. Berpikir banyak hal sambil mengira-ngira apa yang membuat sepupunya sampai membuatnya menangis seperti itu?

Anak kah?

Saski tidak menyangka sebegitu besarnya kah Hana menginginkan seorang anak? Padahal wanita itu terlihat tidak terlalu memikirkannya, Reyhan pun begitu. Walaupun ocehan mertua Hana tentang anak selalu terdengar, tetapi Saski tahu bahwa Hana tidak terpengaruh dan berpikir dengan tegas bahwa dia belum siap untuk menjadi ibu.

Mulut Saski gatal sekali ingin bertanya tapi dirinya tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun, karena terkejut dengan reaksi Hana yang terlihat sangat menyedihkan.

Devil Doesn't BargainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang