Chapter 13

200 33 3
                                    

🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁

"Hai.. "

Hana yang sedang memakan buburnya tiba-tiba menghentikan sebuah sendok yang hendak kembali masuk ke mulutnya. Ia menoleh, dan terkejut melihat Bagas yang secara mendadak duduk di hadapannya. Merasa sedang dalam kondisi yang tidak mau bertemu siapapun, Hana bersiaga, gerak gelisah sehingga tanpa sadar menyembunyikan tangannya di balik meja.

"Mas Bagas?" Responnya dengan pelan.

Bagas tersenyum kotak, menatap Hana dengan pandangan mata yang berbinar sampai pandangannya di inturpsi pedagang bubur yang memberikan semangkuk pesananya. Pria itu tersenyum sopan sebentar, menerimanya lalu kembali menatap Hana.

Disisi lain Hana sedang di landa perasaan tidak nyaman, duduk berhadapan dengan Bagas dalam kondisi seperti ini. Ia hanya berharap pria itu tidak sadar bahwa Hana sedang dalam keadaan yang kacau.

"Kenapa? Kok tiba-tiba diem? Dilanjut makannya, Han."

Hana melihat Bagas dengan sekilas, tangannya sedikit ragu untuk kembali meraih sendok dan memakan buburnya walaupun rasa lapar di perutnya sama sekali belum terpenuhi.

Kenapa?

Kenapa selalu Bagas yang melihatnya dalam kondisi yang seperti ini. Hana malu, kesal dan tidak terima. Takdir ya, lucu sekali jika memikirkannya. Karena Hana tidak menyangka ternyata ia masih memiliki harga diri yang tersisa.

Bahkan sudah serendah ini, ia tetap saja tidak mau menunjukan betapa berantakan dirinya. Setinggi itulah harga diri seorang Ahyana Indari. Bahkan dalam titik terkacaunya, yang ia pikirkan adalah bagaimana orang melihatnya dan bukan kondisinya.

Hana perlu lebih mencintai dirinya sendiri. Itulah yang sering Saski katakan dan belum berhasil Hana wujudkan. Bukan tidak mau, tetapi tidak tahu. Hana tidak tahu harus mulai dari mana. Rasanya tidak ada hal yang pantas ia cintai dari dirinya.

Hana lalu bangkit, berusaha meninggalkan warung bubur tersebut dengan masih meninggalkan bubur tersisa banyak di mangkok. Ia bahkan mengabaikan perutnya yang masih belum terisi penuh kemudian ingin pergi namun tertahan pertanyaan Bagas.

"Han... Kok udahan makannya?"

"Eh, iya. Itu.. aku udah kenyang."

Bagas yang bisa melihat raut wajah tidak nyaman dari Hana lantas tersenyum kotak. Ia berdiri dan tanpa menyentuh Hana sedikitpun Bagas dengan perlahan menuntun Hana untuk kembali duduk.

"Makan aja, aku engga akan tanya." Kata Bagas lagi.

Hana yang sudah kembali duduk hanya bisa terdiam canggung memperhatikan bagaimana Bagas dengan lahapnya menyuap buburnya. Pria itu bahkan memegang janjinya untuk tidak bertanya apapun dan hanya fokus habiskan makanannya.

Hana tersentuh, hatinya berdesir kecil saat merasakan bagaimana perhatiannya seorang Bagas tanpa mengeluarkan kata apapun. Pria itu tidak bertanya, menghiburnya, menasihatinya, ataupun menatapnya ingin tahu. Ia benar-benar hanya makan bubur seraya menunduk dan beberapakali melirik demi memastikan Hana benar-benar merasa nyaman.

Devil Doesn't BargainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang