🍁
"Kak Bagas, sebelah sini."
Hana memutar bola matanya malas melihat bagaimana dengan ramahnya dan juga akrabnya Saski memanggil atasannya itu dengan panggilan kakak. Sepupunya itu bahkan tidak segan melambai-lambaikan tangannya berteriak memanggil Bagas yang sedang menoleh ke kanan dan kiri mencari posisi mereka.
Jika harus diputar beberapa jam yang lalu, semua ini berawal dari ajakan spontan Saski kepada Bagas untuk bergabung pada rencana jalan-jalan mereka hari ini. Saski menjelaskan singkat rencananya dengan Hana yang akan pergi ke bazar pagi dan berburu makanan serta barang-barang lucu.
Namun tidak seperti dugaan Hana yang berpikir Bagas akan menolak, sang atasan malah dengan senang hati mengiyakan dan tentu saja membuat dirinya panik. Bagaimana tidak, Saski sama sekali tidak mendiskusikan hal tersebut dengannya terlebih dahulu.
Dan terjadilah kegiatan mereka yang berjalan-jalan bertiga dengan Saski yang akhirnya memutus hirarki dengan meminta izin Bagas untuk memanggilnya kakak.
Lupakan.
Hana sudah terbiasa dengan sikap sepupunya yang satu ini jadi dia tidak ingin terlalu memperdebatkannya. Tetapi ada apa dengan Bagaskara? Pria itu dengan mudahnya menerima seluruh tawaran Saski dan bahkan sekarang dengan santainya berbaur dengan seseorang yang baru pertama kali ditemuinya.
Ada apa dengannya? Hana sampai tidak habis pikir sendiri.
Ia bisa melihat Bagas yang berjalan menghampiri mereka dengan kedua tangan penuh membawa plastik berisi minuman dan makanan dengan senyuman setelah berhasil mendapati posisi Hana dan Saski yang sedang berteduh di bawah sebuah pohon besar.
"Loh, aku kira masih ditempat tadi." Kata Bagas saat dirinya sudah berhasil mendekat kearah mereka setelah tadi sempat melewati kerumunan pengunjung bazar.
"Disana panas, kak. Makanya pindah kesini." Saski dengan santai mengambil plastik minuman yang disodorkan Bagas lalu membongkarnya untuk membagikan satu sama lain.
Hana sempat ragu untuk mengambil minuman yang disodorkan oleh Saski kalau-kalau saja sepupunya itu tidak memaksa untuk segera meraihnya. Dia dengan pasrah menerima sedotannya juga dan hanya bisa tersenyum canggung saat Bagas ternyata memperhatikan interaksi itu.
'Bolehkah seperti ini?'
"Ambil aja Han, gapapa kok."
Hana hanya mengangguk tidak mengatakan apa-apa. Dia bukannya tidak bermaksud menghargai pembelian dari Bagas, hanya saja bukankah aneh kalau menerimanya secara terang-terangan begini?
Maksud Hana adalah, jelas sekali Bagas yang membeli tiga gelas teh poci itu bermaksud agar membaginya satu sama lain, tetapi bukankah masih asing bagi Saski untuk langsung menerimanya dan bahkan tanpa tahu malu meminumnya begitu saja? Hana merasakan aneh tetapi tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil Doesn't Bargain
FanfictionWarning: 18+ (terdapat kekerasan dalam cerita, mohon tidak untuk ditiru) And just like before, i can see that you're sure.. you can change him but I know you won't. The devil doesn't bargain.. He'll only break your heart again It isn't worth it, dar...